SUNDAY SERVICE: 9:30AM English; 11:00AM Indonesian

Di Mana Garis Akhir Anda?

Pada tahun 1952, Florence Chadwick mencoba untuk berenang dari Pulau Catalina menuju Pantai California yang berjarak sekitar 42 kilometer. Cuaca yang dingin, kabut yang amat pekat, serta arus ombak yang menerpanya akhirnya membuat Florence menyerah setelah berenang selama 15 jam 55 menit. Pasalnya, ia merasa usahanya tidak kunjung berakhir sementara garis pantai tidak dapat ia lihat. Ternyata setelah ia diangkat kembali ke perahu, garis pantainya hanya tinggal 800 meter. Sewaktu diwawancara Florence mengatakan kalau saja ia bisa melihat garis akhirnya, ia pasti akan berenang sampai ke tujuan.

Seringkali hidup kita terasa seperti Florence, dimana kita menghadapi beragam ujian dan kesulitan tanpa ada garis akhir yang dapat kita lihat. Di Yakobus 1:9-12 kita diajak untuk menghindari dua ekstrim yaitu berputus asa dan merasa aman. 

Kita bisa berputus asa karena kekurangan yang kita alami (1:9). Kekurangan di sini bisa dalam hal material, tetapi juga situasi dimana kita melihat diri kita kurang dari orang lain. Kita melihat bahwa kita belum sampai ‘garis akhir’ dibandingkan orang-orang lain. Entah itu bentuknya reputasi, gelar, situasi keluarga dan lain seterusnya. Dalam keadaan seperti ini mudah bagi kita untuk merasa malu dan mengasihani diri sendiri, atau mulai menyalahkan situasi dan orang lain. Yakobus menegur orang-orang ini dengan mengingatkan mereka bahwa mereka telah mengejar garis akhir yang salah. Justru karena mereka sudah milik Kristus, mereka bisa ‘bermegah karena posisi mereka yang sudah tinggi’, atau dengan kata lain, di dalam Kristus mereka sudah sampai ke garis akhirnya Tuhan.

Mereka  bisa punya kekuatan karena bukan saja mereka berada di dalam tangan Tuhan tetapi juga situasi hidup mereka saat ini.

Tetapi tidak sedikit dari kita yang mungkin merasa aman karena kelebihan yang kita miliki (1:10-11). Ini tidak harus berarti anda mendadak ketiban bonus keuangan atau datang dari keluarga konglomerat, walaupun memang pembaca pertama yang Yakobus sorot adalah orang-orang yang kaya secara finansial. Secara prinsip, ini adalah orang-orang yang menganggap dirinya aman dan berharga karena apa yang mereka miliki lebih dari orang lain, entah itu dalam hal status kependudukan, gelar, keuangan atau status hubungan … bahkan pelayanan di gereja sekali pun! Ini adalah orang-orang yang merasa mereka sudah mencapai ‘garis akhir’. Mereka cenderung mengira kelebihan yang mereka miliki menjadi alasan untuk hidup kompromi sana-sini.

Kalau kita melihat kedua kelompok ini, maka kita akan menemukan bahwa bagi Yakobus baik kekurangan maupun kelebihan adalah ujian iman. Itu sebabnya di ayat 12 ia mengatakan bahwa yang diberkati bukanlah mereka yang miskin atau yang kaya, melainkan mereka yang bertahan dalam ujian. Karena baik orang percaya yang berkekurangan dan berkelebihan, seharusnya sama-sama melihat bahwa garis akhir mereka adalah Kristus. Waktu keduanya melihat kepada Kristus, maka mereka yang berkekurangan dapat melihat bahwa ia sudah memiliki segala-galanya, dan mereka yang berkelebihan dapat melihat bahwa ia tidak memiliki apa-apa.

Janji mahkota kehidupan (pada jaman itu diberikan kepada pemenang lomba lari) adalah janji hidup kekal yang diberikan pada semua orang percaya. Bagaimana mereka menyatakan percayanya? Dengan mengasihi Allah sambil bertekun di tengah segala situasi hidup yang Ia sedang tempatkan bagi anda hari ini.