SUNDAY SERVICE: 9:30AM English; 11:00AM Indonesian

Seni Memuji Tuhan

Tidak mudah untuk berbicara tentang memuji Tuhan. Di satu pihak kalimat ‘puji Tuhan’ seringkali dengan mudahnya keluar dari mulut kita, termasuk dari orang-orang yang tidak mengerti maksudnya sama sekali. Belum lagi bahwa di dalam Alkitab, khususnya Mazmur, sarat dengan kata-kata ‘puji Tuhan’ dan semacamnya.

Satu hal yang seringkali kita abaikan adalah Tuhan yang sedang kita puji. Contohnya begini: saya perhatikan bahwa secara umum setiap kali orang (atau bahkan saya sendiri) mengatakan puji Tuhan, maka biasanya itu karena ada suatu hal yang positif baik, menguntungkan, menyenangkan terjadi bagi diri saya atau orang yang saya peduli/kasihi. Tentu saja tidak ada salahnya memuji Tuhan untuk hal-hal baik yang Ia berikan. Di Alkitab berulang kali kita diingatkan akan perbuatan-perbuatan serta keajaiban yang Tuhan lakukan di dalam hidup kita.

Tetapi berapa sering anda (atau saya sendiri) memuji Tuhan karena diri-Nya sendiri. Memuji karakter-Nya, kebesaran-Nya, kemuliaan-Nya, kesucian-Nya, bijaksana pengaturan-Nya, ketidakterbatasan-Nya? Di sinilah kita, bahkan sebagai orang Kristen jaman sekarang, seringkali jauh berbeda dari bagaimana Alkitab memahami kata ‘puji Tuhan’.

Memuji Tuhan berarti kita memuliakan Dia sebagai Tuhan yang telah menyatakan diri-Nya melalui Kristus. Yesus sendiri mengatakan, “Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepada-Ku untuk melakukannya” (Yoh 17:4). Dengan kata lain, satu-satunya cara kita bisa betul-betul memuji Tuhan adalah dengan menjadi milik dan pengikut Kristus terlebih dahulu. Hanya melalui dan di dalam Injil Kristus lah, anda dan saya bisa betul-betul menjadi penyembah yang sejati. Koq bisa begitu? Karena hanya Kristus lah yang sanggup dan telah memberikan penyembahan yang suci dan yang berkenan pada Allah, yaitu diri-Nya sendiri sebagai ganti atas dosa-dosa kita. Itu sebabnya waktu kita datang kepada Tuhan sebagai anak-anak-Nya, kita sebetulnya sedang mengakui bahwa segala bentuk ucapan syukur, pujian, nyanyian, puisi, doa, drama, khotbah, mainan musik kita, hanya diterima karena Allah telah menerima kita di dalam Kristus.

Itu sebabnya memuji Tuhan adalah sebuah seni. Kita tentu saja pantas dan semestinya memuji perbuatan-perbuatan baik, hal-hal positif, kenikmatan bersama dengan keluarga dan teman, semua hal yang Tuhan berikan kepada kita … termasuk hal-hal yang sulit, menakutkan, menegangkan, dan yang masih kita tidak pahami. Tapi pada saat yang sama, mari kita juga belajar untuk bertumbuh dalam takut dan kasih akan diri Tuhan sendiri. Mungkin anda dapat mulai dengan merenungkan keagungan Allah dalam tiga Pribadi: Bapa, Anak dan Roh Kudus. Atau anda dapat membaca Yesaya 6, serta memikirkan betapa gentarnya berhadapan dengan kesucian dan kedaulatan Allah. Di Yohanes 1, kita melihat bahwa Yesus adalah Anak Allah yang sudah bergaul dengan Bapa-Nya sejak kekekalan. Lalu kita melihat bagaimana Allah Roh Kudus dengan berkuasa bekerja melalui gereja mula-mula di Kisah Para Rasul.

Mari kita bersama-sama belajar bertumbuh dalam seni memuji Tuhan!