The Art of Living Together
November 21, 2010 Speaker: Prof Sen Sendjaya Series: 1 Corinthians : Redeeming God's Wonderful Mess
Topic: Sunday Sermon / Kotbah Minggu Passage: 1 Corinthians 12:12–12:27
- Listen
- Downloads
The Art of Living Together (1 Korintus 12:12-27)Â Â
Kotbah: Dr. Sen Sendjaya
Â
Setelah membahas tentang karunia rohani dalam hidup bergereja, minggu ini kita membahas tentang Gereja yang terbentuk dari berbagai macam anggota yang memiliki sense of belonging & sense of interdependence.
Â
Sense of belonging adalah sebuah rasa bahwa kita adalah bagian dari tubuh Kristus. Saat kita percaya Tuhan, kita ‘dibaptis menjadi satu tubuh dan diberi minum dari satu Roh’ (ayat 13). Di dalam Kristus, semua orang adalah sama; Tidak ada pemisahan antara miskin dan kaya, kulit hitam dan putih. Roh yang membuat kita bertemu dengan Allah (aspek individual) adalah roh yang sama yang membuat kita bagian dari tubuh Kristus yang Am (aspek kolektif). Iman kita kepada Tuhan adalah personal, tetapi kita hidup di dalam Kristus secara kolektif. Di dalam komunitas gereja kita menerapkan prinsip-prinsip buah roh, saling mengampuni dan mendoakan. Gereja dan Kristus adalah 2 hal yang identik dan tidak bisa dipisahkan. Hal ini berarti bahwa ketika gereja dianiaya, Kristus juga dianiaya. Sama halnya ketika kita mengasihi Kristus, kitapun juga harus mengasihi gereja dan memiliki sense of belonging.
Â
Sense of interdependence adalah sebuah rasa bahwa kita membutuhkan dan dibutukan orang lain. Masalah pada jemaat Korintus (dan mungkin juga jemaat ICC) adalah superiority (aku tidak membutuhkan kamu) and inferiority (aku tidak dibutuhkan). Inferiority muncul ketika merasa diri tidak punya karunia, muda secara spiritual, merasa repot dan sibuk dengan komitmen lain . Akan tetapi, seorang Kristen baru dapat memberikan encouragement kepada kakak rohani melalui kesaksiannya tentang pengenalannya akan Tuhan lewat sang kakak rohani. Bagi kita yang merasa kerepotan, perlu diingat bahwa Tuhan Yesus tidak memanggil keduabelas muridNya (dan kita) ketika mereka sedang nganggur. Malah di dalam kesibukan, kita dapat merasakan indahnya melayani Yesus. Kuk yang Tuhan pasang di atas kita adalah sesuai dengan kemampuan kita. Kita diberi tanggung jawab untuk membangun tubuh Kristus yang lain sehingga kita harus memprioritaskan pelayanan di tengah komitmen hidup kita. Jangan membawa mental konsumen (datang, duduk, diam, pergi) ke dalam gereja. Tetapi bawalah sebuah hati yang berkomitmen untuk membangun dan dibangun orang lain.
Â
Superiority muncil ketika merasa diri matang secara rohani, yang mencerminkan kesombongan. Komentator menyimpulkan bahwa anggota tubuh yang lebih tidak terhomat adalah pihak yang melayani ‘dibelakang layar’ (tim doa, usher, penulis bulletin, pemerhati, guru sekolah minggu & crèche). Orang-orang ini yang harus kita hormati, karena tanpa pelayanan mereka yang vital, pertumbuhan dan pelayanan gereja yang lain bisa terhambat. Perlu diingat juga bahwa karunia yang kita miliki adalah untuk orang lain, bukan untuk meninggikan diri sendiri.
Â
Kristus datang ke dunia supaya kita juga bisa mengalami persekutuan yang indah bersama Tritunggal. Akan tetapi Kristus juga datang supaya kita punya visi hidup yang besar yaitu mengabarkan Injil kepada dunia. Hal ini tak dapat kita lakukan sendiri, tetapi bersama dengan semua anggota tubuh Kristus. Dunia akan mengenal Kristus ketika kita hidup saling mengasihi dan bukan untuk diri sendiri.                                                         (Emmy)
More in 1 Corinthians : Redeeming God's Wonderful Mess
January 7, 2018
The Time is ShortDecember 20, 2010
Love Never EndsDecember 12, 2010
Faith Minus Love Equals Nothing