SUNDAY SERVICE: 9:30AM English; 11:00AM Indonesian

Sela!

Kalau Anda suka membaca Mazmur, Anda akan memperhatikan bahwa ada sebuah kata pendek yang cukup sering muncul terselip diantara ayat-ayat di buku Mazmur, yaitu Sela.

Apa artinya? Sela berasal dari kata Ibrani calah, yang berarti mengukur. Di abad-abad pertama, orang mengukur nilai dari uang, makanan, dan benda-benda berharga lainnya dengan menggantungkannya pada sesuatu sebagai perbandingan. Tidak heran kata calah ini digunakan juga dalam Ayub 28:16: “Ia [hikmat] tidak dapat dinilai dengan emas Ofir ataupun dengan permata…” Artinya adalah nilai dari hikmat Allah tidak dapat diukur atau dibandingkan nilainya dengan emas atau permata.

Kata Sela seringkali digunakan dalam buku Mazmur lebih dari 70 kali. Kata ini menjadi semacam rambu lalu lintas bagi kita untuk berhenti dan berefleksi. Untuk menimbang-nimbang ayat-ayat yang baru kita baca dan melakukan dialog dengan jiwa kita bersama Allah.

Pemazmur seakan memberitahu kita, “Okay, berhentilah di bagian ini dan coba pikirkan, renungkan, dan cermati!” Setiap kali kita bertemu kata Sela, kita sedang berhadapan dengan rambu: STOP & REFLEKSI!

Mazmur 4:5 misalnya berbunyi demikian: “Biarlah kamu marah, tetapi jangan berbuat dosa; berkata-katalah dalam hatimu di tempat tidurmu, tetapi tetaplah diam. Sela.” Kita perlu STOP & REFLEKSI untuk dapat mengerti dan menghargai ayat ini dan ayat-ayat yang mendahuluinya. Kemarahan seringkali menjadi respon mekanisme pertahanan kita saat kita tersinggung atau disakiti. Dan betapa mudah kita jatuh dalam dosa di tengah luapan kemarahan kita. Namun ayat tersebut tidak berkata “Janganlah kamu marah!”, tetapi “Biarlah kamu marah”. Jadi apa maksudnya? Pemazmur bilang bahwa kita dapat menuangkan semua uneg-uneg kita kepada Allah (curhat) dalam konteks doa, termasuk kemarahan kita padaNya, tanpa kita berdosa bersungut2x padaNya atau memaki manusia.

Contoh kedua: Mazmur 62:9: “Percayalah kepadaNya setiap waktu, hai umat, curahkanlah isi hatimu dihadapanNya; Allah ialah tempat perlindungan kita. Sela.” Dalam mengarungi badai hidup yang tiada henti menerpa kita, kita memiliki Allah sebagai tempat kita beroleh bukan saja perlindungan, tetapi juga kekuatan baru untuk tidak menyerah melainkan terus melangkah. Namun yang menjadi masalah, menurut Pemazmur, adalah kita seringkali tidak sungguh-sungguh percaya dan berserah kepadaNya. Ini maksud pemazmur.

Tanpa kita STOP & REFLEKSI, mana mungkin kita dapat melakukan dialog batin seperti diatas?

Dalam ritme kehidupan yang begitu cepat dan semakin cepat hari ini, kita perlu menginjak rem kehidupan, dan stop! Lalu berkaca diri dengan firman Allah, dan menilai adakah ruangan-ruangan dalam hati kita yang perlu ditata ulang.

Kita perlu sering ber-Sela dalam kehidupan kita. Allah ingin kita berdiam diri dihadapanNya, memberi waktu dan ruang bagi Dia untuk berbicara dengan leluasa pada kita, dan menata ulang perspektif hidup dengan mengakui bahwa He is GOD. Tanpa itu kita menjadi budak sistem dunia ini, yang berputar monton bagai pegas sebuah jam, tanpa arti dan tanpa tujuan.