SUNDAY SERVICE: 9:30AM English; 11:00AM Indonesian

12 Implikasi Kristus Mati Bagi Kita Saat Kita Memusuhi-Nya

Di atas salib kepada orang-orang yang turut berkontribusi dalam penyaliban-Nya, Kristus seakan menyatakan, “Aku mengasihimu meski engkau menyalibkan-Ku.”

Demikian pula kepada anda dan saya, Kristus mati saat kita masih tidak mampu dan tidak mau hidup bagi Dia, saat kita masih hidup bagi diri sendiri seakan Allah tidak ada, bahkan saat kita masih membenci dan memusuhi Allah (Roma 5:6-10).

Apa implikasi dari kebenaran di atas bagi kita?

  1. Kristus mati bukan bagi orang yang mengasihi Dia, tapi memusuhi Dia.
    Yang memusuhi Kristus bukan hanya mereka yang kita biasa kategorikan sebagai ‘jahat’. Pembunuh, pedofil, koruptor, tiran. Tapi juga orang-orang terpandang di masyarakat, namun hidup untuk sesuatu di luar Allah. Mungkin mereka bekerja sebagai dokter, pekerja sosial, guru, bahkan pendeta! Dunia tidak berisi orang yang baik dan orang yang jahat, tapi orang berdosa yang telah sadar bahwa selama ini ia bermusuhan dengan Allah dan orang berdosa yang belum sadar.
  1. Kalau Kristus mengasihi kita, Kristus harus mati saat kita masih memusuhi Dia.
    Bila Ia tidak menyatakan kasih-Nya kepada kita saat kita mati di dalam dosa, Ia tidak akan pernah mengasihi kita sama sekali. Dan kita masih tetap mati dalam dosa dan pelanggaran kita. Karena kita tidak pernah mau, dan tidak pernah mampu untuk berjuang melawan dosa yang kita nikmati. Kita tak berdaya melawan pengaruh dunia, Setan, dan kedagingan kita.
  1. Tidak ada kontribusi apapun yang kita berikan untuk keselamatan kita.
    Ia tidak mati bagi kita karena perbuatan moral kita di masa lalu, atau probabilitas respon positif kita kepada-Nya di masa depan. Kristus mati hanyalah sebuah fakta historis bagi kita, tidak lebih dari itu, sampai kita sadar bahwa dosa kitalah yang menyebabkan Ia ada di sana meregang nyawa.
  1. Keselamatan kita aman dan tidak akan pernah direbut dari kita.
    Kalau Kristus mengasihi kita karena kita mengasihi Dia, maka Ia akan mengasihi kita selama kita mengasihi Dia. Itu berarti keselamatan akan kita miliki selama hati kita tidak berubah licik dan jahat. Tetapi bila Kristus mengasihi kita sebagai bagi orang-orang durhaka, maka keselamatan kita bergantung bukan kepada kebaikan hati kita, tapi kepada konstansi dari kasih Allah.
  1. Kita adalah manusia jahat dan berdosa, jauh melebihi perkiraan kita.
    Ia mati bagi kita saat kita berada di titik terendah hidup kita. Anda mungkin tidak hadir secara fisik dalam peristiwa penyaliban Yesus, tapi saat anda menikmati kebiasan dosa tertentu, anda tidak berbeda dengan mereka yang berteriak puas saat paku ditancapkan di tangan dan kaki-Nya, lalu meludah ke tanah sebagai ekspresi ketidakpedulian mereka.
  1. Kita dikasihi dan diterima dalam Kristus, jauh melebihi ekspektasi kita.
    Anda mungkin rela mati bagi istri, suami, anak, atau orang tua anda. Itu sebuah hal yang heroik. Tapi mati bagi musuh anda? Itu kekonyolan, bahkan ketololan. Itulah yang dinyatakan Kristus. Begitu besar kasih-Nya kepada anda, sungguh tidak masuk akal. Melebihi akal.
  1. Pada akhirnya, Kristus mati bukan demi kita, tapi demi kemuliaan-Nya.
    Allah adalah Pencipta yg keberadaan-Nya tidak ada ujung pangkalnya, Pribadi yang tidak membutuhkan apapun atau siapapun. Sebagai Pencipta, Ia maha mulia dan ingin dipermuliakan oleh ciptaan-Nya. Ia tidak ego-maniak. Karena bila Dia tidak berfokus pada kemuliaan-Nya, itu berarti Dia sedang mengakui bahwa ada sesuatu yg lebih berharga di luar Diri-Nya, dan dengan itu menyangkali kemahamuliaan diri-Nya. Saat Anak Alah diutus untuk mati bagi manusia durhaka, di sana kemuliaan Allah dinyatakan dengan jelas. Kasih yang mulia, keadilan yang mulia, kesucian yang mulia.
  1. Salib, bukan besaran iman Anda, yang membuat Anda terhindar dari murka Allah.
    Kalau Kristus rela mati saat Anda masih menjadi musuh-Nya, pasti Ia akan melepaskan Anda dari penghakiman terakhir Allah akan dunia ini (Roma 5:11-13). Bila tidak demikian halnya, maka kematian Kristus akan mubazir, sia-sia, tidak efektif, habis masa berlakunya. Bahwa kita adalah milik Yesus Kristus, Juruselamat yang setia, adalah satu-satunya sumber penghiburan kita, baik pada saat kita hidup (kecewa dan dikecewakan oleh apapun atau siapapun di dunia ini) maupun saat kita mati (menghadap tahta pengadilan Allah).
  1. Anda tidak lagi mudah kuatir karena pemeliharaan Kristus.
    Kalau saat anda memusuhi Kristus, Ia rela mati bagi Anda, mana mungkin kalau sekarang anda mengasihi Dia, Ia akan meninggalkan anda? Kesehatan fisik anda mungkin menurun, atau nilai saham anda, atau karir anda, atau tabungan anda di bank, namun tak ada satupun akan terjadi dalam hidup anda di luar kendali Kristus. Ia sumber, dasar, dan tujuan anda berani hidup bagi kerajaan Allah, bukan kerajaan pribadi anda.
  1. Hidup yang berat terasa lebih ringan karena masalah terbesar kita telah teratasi.
    Menghadapi masalah dalam dunia yang telah jatuh ini adalah wajar. Yang tidak wajar adalah bila kita tenggelam didalamnya, lalu hidup seperti orang tidak memiliki Kristus. Jangan lupa, masalah terbesar anda dan saya, yaitu permusuhan dengan Allah yang Maha Dashyat itu, telah ditanggulangi Kristus. Masalah lain yang tersisa anda dapat tanggung di dalam Kristus yang memberi kekuatan pada anda.
  1. Melayani orang yang menyebalkan tidak lagi mustahil.
    Kalau Kristus mati bagi orang-orang yang sangat menyebalkan (pemimpin agama arogan, murid-murid yang bebal), kita pun Ia mampukan untuk melakukan hal yang sama. Jangan lagi menghindar dari orang yang menyebalkan dalam hidupmu, justru melalui mereka anda sedang dibentuk semakin serupa Kristus.
  1. Menyatakan kemurahan menjadi bagian keseharian hidup kita.
    Kristus tidak hanya mati bagi musuh-musuh-Nya, tapi melalui Roh-Nya Ia terus bekerja mentransformasi musuh menjadi sahabat. Tanda organik dan konkrit kita memiliki Kristus adalah kemurahan kita terhadap orang lain. Mengampuni suami atau istri, bahkan musuh kita. Membagi waktu, tenaga, dan uang dengan orang yang membutuhkan.