SUNDAY SERVICE: 9:30AM English; 11:00AM Indonesian

Are You a Crazy Rich Christian?

Novel “Crazy Rich Asians” adalah karya Kevin Kwon, yang pada masa kecilnya hidup di tengah-tengah kaum kaya dan elit di Singapura. Dalam salah satu wawancara, Kwon ditanya soal sikap kaum kaya dan elit yang kerap kali nampak arogan dan merendahkan orang lain. Ternyata menurut Kwon, kebanyakan kaum elit tidak melihat diri mereka seperti itu. Itu adalah normalitas hidup bagi mereka. “Orang punya cara pandang tentang diri mereka yang begitu berbeda dengan bagaimana orang lain memandang mereka,” jawab Kwon.

Di Yakobus 5:1-6, kita melihat betapa bedanya cara pandang Tuhan terhadap orang-orang kaya yang menindas sejumlah umat Tuhan di sana. Kata-kata keras yang Yakobus pakai di ayat-ayat ini seirama dengan teguran keras pada nabi di Perjanjian Lama, bukan saja kepada bangsa Israel tetapi juga bangsa-bangsa lain yang menindas mereka. Dalam hal ini baik Yakobus dan para nabi menekankan bahwa Tuhan Allah adalah Tuhan semesta alam dan semua orang. Posisi, status dan kemewahan yang dimiliki orang kaum elit ini tidak memberikan pengecualian apa pun di hadapan Tuhan. Malahan, kita melihat justru kekayaan dan kelimpahan yang mereka milikilah yang pada akhirnya akan membinasakan mereka.

Bagi kebanyakan kita, mungkin bagian ini nampak tidak terlalu relevan. Tidak banyak dari kita yang akan secara realistis mengatakan bahwa kita adalah kaum elit. Tetapi kita harus mengakui bahwa tidak jarang juga kita mendambakan kemewahan dan status mereka. Atau mungkin iri hati bahkan merasa pahit karena kita tidak seperti mereka. Di sinilah Yakobus mengingatkan kita bahwa akar persoalannya tidak terletak pada berapa banyak yang kita punya, melainkan apa yang kita lakukan dengan apa yang kita punya sekarang. 

Orang-orang kaya yang Yakobus kecam ini menggunakan kekayaan mereka untuk hidup berfoya-foya dan menindas orang lain. Yakobus menyingkapkan bahwa yang akan terjadi pada mereka justru kebalikannya, merekalah yang akan binasa. Seharusnya mereka menangis meraung-raung, karena dari cara pandang Tuhan seolah-olah semua kekayaan mereka sudah menjadi sampah.

Tentu saja kekayaan dan status tidak salah pada dirinya sendiri. Dua tokoh yang Yakobus sebut di suratnya, Abraham dan Ayub, adalah orang-orang yang amat kaya di jamannya. Sekali lagi persoalannya terletak pada apa yang mereka (dan kita) lakukan dengan apa yang ada di tangan kita. Waktu kita mengaku sebagai pengikut Kristus, tapi hidup berfoya-foya, melampaui keterbatasan kita, memanipulasi keuangan dan situasi untuk bisa punya gaya hidup tertentu—kita secara tidak sadar telah menjadi crazy rich Christians

Seharusnya kita melihat kembali kepada Kristus, yang walaupun Ia kaya, telah menjadi miskin karena kita. Ia menjadi satu dengan mereka yang tertindas dan tidak melawan orang-orang yang menindas-Nya. Dan Ia melakukan semuanya itu supaya kita menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya (lihat 2 Korintus 8:9). Alangkah bedanya cara Allah memandang mereka yang menaruh percaya kepada Kristus. Allah memandang anak-anak-Nya sebagai orang-orang kaya di dalam Kristus—itulah cara pandang yang harus kita miliki tentang diri kita!

Di dalam Kristus kita dimampukan untuk menggunakan apa yang kita punya sekarang dengan bijaksana. Di dalam Kristus kita dimampukan untuk rela membatasi diri dan gaya hidup, demi memperkaya hidup orang lain dengan apa yang Tuhan percayakan kepada kita. Hanya di dalam Kristus lah anda dan saya dapat menjadi wise rich Christians.