SUNDAY SERVICE: 9:30AM English; 11:00AM Indonesian

Ayo Jelas Soal Injil! (bag. 2)

Injil adalah berita sukacita (good news), bukan nasihat sukacita (good advice), demikian Dr Martyn Lloyd-Jones menjelaskan keunikan Injil di tengah agama-agama dunia

Nasihat dan Berita: Apa Bedanya?
Nasihat adalah himbauan agar kita melakukan sesuatu, dan sesuatu tersebut belum terjadi. Berita adalah laporan sesuatu yang sudah terjadi, tidak ada yang kita perlu perbuat karena itu sudah dilakukan bagi kita – yang dituntut dari kita hanyalah respon kita terhadap berita tersebut.

Saat pemerintah Negara bagian Queensland meminta penduduk yang terefek Cyclone Debbie untuk berwaspada dan siap evakuasi agar selamat dari bahaya alam tersebut, maka itu adalah nasihat penting. Namun saat mereka mengumumkan bahwa Cyclone Debbie telah berlalu (semoga segera terjadi!), maka penduduk tidak perlu lagi melakukan ini dan itu, namun hanya meresponi berita tersebut dengan rasa syukur.

Dr Lloyd-Jones berkata bahwa setiap agama di dunia mengirimkan para penasihat kepada manusia. “Lakukan ini dan itu, bila engkau mau selamat. Ini hukumnya, aturannya, langkah-langkahnya. Selamatkankah dirimu dari dosa-dosamu”. Allah tidak mengirimkan penasihat, tetapi pemberita bahwa Kristus Yesus telah mati dan dibangkitkan untuk memperdamaikan kita dengan Allah. Berita sukacita tersebut berkata, “Semua sudah dilakukan Kristus. Dosa, kematian, Setan telah dikalahkan! Beresponlah dengan sukacita, dan hiduplah sepadanan dengan rasa syukur-mu tersebut.”

Jadi apa beda agama dengan Injil?

  • Agama adalah tentang DO (lakukan ini, lakukan itu), Injil adalah tentang DONE (sudah selesai, sudah selesai!).
  • Agama menimbulkan ketakutan dan ketidakpastian apakah yang kita akan lakukan cukup untuk menyelamatkan kita. Injil mendatangkan sukacita dan keyakinan bahwa Kristus sudah melakukan semua hal yang dibutuhkan untuk menyelamatkan kita.

Apakah Injil membuat orang tidak lagi menjalankan hukum Allah?
Orang beragama dan ber-Injil keduanya akan melakukan 10 perintah Allah, namun motivasinya sama sekali berbeda.

Orang beragama diliputi kecemasan yang besar. Kalau gagal taat, ia dihantui rasa bersalah. Ia mungkin menyalahkan diri sendiri yang sangat rentan dan labil upayanya, atau ia akan menyalahkan Allah yang sangat tinggi standarnya. Sementara kalau berhasil taat, ia diliputi arogansi karena ia lebih disiplin dan serius dalam kesalehannya.

Orang ber-Injil dipenuhi sukacita dan syukur. Kalau berhasil taat, ia akan tetap rendah hati karena ia tahu kemampuan dia taat 100% berasal dari Allah. Kalau ia gagal taat, ia akan bertobat untuk ke-100 bahkan ke-1000 kalinya mengalami kembali manisnya belas kasih Allah yang tak pernah habis ia terima.

Sudahkah Anda mendengar Injil, berita baik dari Tuhan kita, dan meresponi dengan hidup bersukacita didalamnya?

Bagian pertama dari blog post "Ayo Jelas Soal Injil!" dapat dibaca di sini.