SUNDAY SERVICE: 9:30AM English; 11:00AM Indonesian

Bagaimana Injil Mengubah Gereja

Di jaman sekarang penting bagi kita untuk menekankan bahwa Injil harus menjadi pusat atau poros yang mengendalikan segala sesuatu di dalam gereja. Karena tidak sedikit gereja yang berporoskan kesuksesan, pertumbuhan, program, tokoh-tokoh atau pemimpin terkemuka, identitas kesukuan, dan lain seterusnya. Anda dan saya harus terus saling mendoakan supaya ICC jangan sampai terjebak ke sana. Kalau saya boleh plesetin keluhan Rahel pada Yakub, “Give me a Gospel-centred church, or I shall die! Berikanlah kepadaku gereja yang berpusatkan Injil; kalau tidak, aku akan mati!”

Bagian yang kita lihat di Kolose 3:9b-17 ini menyoroti bagaimana kita bisa mengenali apakah kita adalah gereja yang Gospel-centred. Singkat kata dapat dikatakan bahwa a Gospel-centred church is a Gospel-lived church. Gereja yang berpusatkan Injil adalah gereja yang menghidupi Injil, atau dengan kata lain:

1. Gereja yang sudah dan sedang diperbarui oleh Kristus (3:9b-11)
Artinya gereja yang terdiri dari orang-orang, dari berbagai latar belakang, suku dan budaya, yang telah menemukan identitas yang baru di dalam Kristus. Ini yang Paulus maksud dengan diperbarui ke dalam gambar Allah Pencipta kita. Kita cenderung mencari identitas kita di berbagai tempat dan konsep lain, di luar Kristus. Biasanya kita baru sadar ketika hal-hal atau orang-orang tersebut mengecewakan atau meninggalkan kita.

Tetapi bukan saja kita sudah punya identitas yang baru, kita juga sedang dalam proses diperbarui. Kedua hal ini, sudah dan sedang, tidak dapat dipisahkan. Mereka yang dipanggil menjadi milik Kristus juga dipanggil untuk menjadi serupa seperti Kristus. Ini berlaku bagi semua orang Kristen, tanpa memandang status, latar belakang, apa lagi posisi di dalam gereja.

Ini adalah kemanusiaan baru (new humanity) yang dirintis oleh Kristus melalui kematian dan kebangkitan-Nya.

2. Gereja yang mengenakan Kristus (3:12-14)
Setelah menjadi bagian dari kemanusiaan baru, maka barulah Paulus mengatakan, “Kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran. Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian” (12-13). Paulus kemudian menyimpulkan bahwa kasih adalah pengikat yang menyempurnakan sebuah gereja. Semua ini tidak lain adalah karakter Kristus. Paulus dapat saja tinggal mengatakan ,”Kenakanlah Yesus Kristus!” That’s it.

Ujian yang paling praktis adalah bagaimana kita sebagai jemaat Tuhan saling memperlakukan satu sama lain. Apakah relasi kita dipenuhi oleh saling mengampuni dan memulihkan? Apakah kita berinisiatif untuk melakukan rekonsiliasi, atau malahan menjadi sumber perpecahan? Bagaimana dengan menyatakan kasih, apakah kita mencari kesempatan untuk dapat melayani orang lain? Betul, kalau anda ikutan pelayanan, di situlah anda baru sadar betapa banyak orang lain butuh pengampunan—dan betapa anda sendiri butuh pengampunan yang lebih banyak lagi!

3. Gereja yang mengkomunikasikan Kristus (3:15-17)
Selain menghidupi karakter Kristus dalam relasi kita satu sama lain, kita juga perlu belajar untuk mengkomunikasikan kehadiran dan kata-kata-Nya. Perhatikan betapa sentralnya damai, perkataan dan nama Kristus di ayat-ayat ini. Bagaimana Paulus mendorong kita untuk hidup penuh ucapan syukur karena kita berbagian dalam mengenal Kristus melalui: pengajaran, teguran, nyanyian, mazmur, puji-pujian, nyanyian rohani, dan perbuatan—di dalam komunitas hidup bergereja.

Apakah kita memprioritaskan mempelajari dan mengajarkan Firman Tuhan? Apakah kita bertumbuh, bukan saja dalam pengetahuan tapi juga tindakan serta membagikan kebenaran dengan orang lain? 

Mari kita terus saling mendoakan, mendukung, dan melayani, agar ICC tetap menjadi gereja yang berpusatkan pada Injil, dimana Injil Kristus benar-benar dihidupi!