SUNDAY SERVICE: 9:30AM English; 11:00AM Indonesian

Berani untuk Tidak Takut

Life shrinks or expands in proportion to one's courage, tulis Anais Nin, seorang novelis Amerika keturunan Perancis-Kuba. Bagi orang percaya, karena kita tidak berani taat kepada Allah, hidup kita menjadi biasa-biasa saja.Ini yang kita pelajari dari Yosua.

Ketika Yosua memimpin bangsa Israel dan Yerikho di Kanaan mulai nampak di kejauhan dari sudut matanya (Yosua 15:3), ia teringat pengalamannya sekitar 40 tahun yang silam ketika Yosua yang masih muda bersama Kaleb menjadi bagian dari 12 pengintai Yerikho. Dari Bilangan 14:8-10 secara khusus, diskusikan dua realita yang sampai hari ini seringkali terulang dalam diri orang Kristen:
a) Takut melakukan sesuatu yang jelas-jelas disuruh Allah adalah sebuah dosa
b) Berani melakukan sesuatu yang jelas-jelas disuruh Allah justru membuat Yosua (dan Kaleb) mengalami ancaman fisik akan dilempari batu oleh orang-orang yang ia layani dan kasihi.

Darimana kita dapat memiliki keberanian? Jawabannya ketika kita telah mengalami perjumpaan yang riil dengan Yesus. Yosua berinteraksi dengan Panglima Balatentara Allah yang tiba-tiba muncul dihadapannya. Panglima ini bukan manusia, bukan hologram, bahkan bukan malaikat. Ini adalah penampakan pra-inkarnasi dari Yesus Kristus.

Yosua bertanya, apakah Panglima misterius itu ada di pihak dia atau pihak lawan. Jawab-Nya, bukan keduanya! Pertanyaannya yang salah. Yang menjadi persoalan bukan apakah Yesus ada pihak Anda, tetapi apakah Anda ada di pihak Yesus.

Mengapa hidup kekristenan kita biasa-biasa saja? Karena kita datang kepada Yesus dengan agenda pribadi. “Yesus, tolong aku. Aku punya masalah relasi, dengan pacar, orang tua. Aku tidak percaya diri. Aku perlu cari kerja. Aku ingin bebas dari masalah. Apakah Engkau ada di pihakku? Kalau ya, baru aku akan melayani-Mu.” Anda tidak bisa berbicara kepada Panglima Balatentara Allah dan memperlakukan Dia sebagai asisten pribadi Anda! Bila itu yang terjadi, tidak heran Anda tidak pernah mengalami perjumpaan dengan Yesus yang sungguh-sungguh mengubahkan hidup.

Bagaimana Anda mendapatkan keberanian dari Tuhan Yesus? Saat Anda memahami bahwa Ia dengan penuh keberanian berkorban bagi Anda sampai mati diatas kayu salib. Panglima Balatentara Allah tersebut membawa pedang yang terhunus, namun Ia sendiri yang nantinya mati dibawah pedang. Yesaya 53:6 mencatat bahwa Yesus terpotong dari orang yang hidup (sebuah bahasa perjanjian yang mengacu kepada peristiwa Allah mengadakan perjanjian dengan Abraham di Kej 15).

Selama kita mengingat dan memahami keajaiban salib Yesus, kita akan dimampukan untuk menjadi berani. Sama seperti orang Israel takut menghadapi orang Kanaan yang Allah telah janji akan kalahkan karena mereka lupa keajaiban tulah Allah, demikian juga kita takut menghadapi ‘orang Kanaan’ dalam hidup kita (e.g., mengabarkan Injil, berkorban waktu/uang/tenaga, memprioritaskan Tuhan) karena kita lupa keajaiban salib.

Berani bukan berarti tidak kenal takut, tetapi mengalahkan takut. Keberanian itu mirip otot, perlu dilatih untuk dapat berkembang. Mayoritas manusia adalah penakut. Berani tidak datang dengan sendirinya, tapi perlu latihan. Berani itu sebuah kebiasaan (habit). Kita belajar berenang dengan menenggelamkan diri di air maka kita belajar berani dengan memberanikan diri.