SUNDAY SERVICE: 9:30AM English; 11:00AM Indonesian

Bijaksana, Bijaksini, Bijaksitu

Mengapa orang Kristen tidak kebal dari kesulitan hidup? Berikut 5 alasan.

  1. Karena justru saat kesulitan datang, saat kita tak bisa lagi melangkah ke depan, mundur ke belakang, berputar ke kanan atau bergeser ke kiri, satu-satunya yang kita bisa lakukan adalah melihat ke atas. Jadi kesulitan itu dipakai Allah untuk membuat kita sadar kita adalah ciptaan yang terbatas dan berdosa (created, limited, corrupted), dan membutuhkan hikmat Allah.
  1. Untuk menunjukkan bahwa hikmat dunia tidak akan pernah mampu dan cukup untuk menyelesaikan berbagai kesulitan hidup. Terobosan ilmu dan medis mungkin sangat luar biasa, namun tak akan pernah dapat mencegah kematian. Dan saat kehilangan kekasih kita karena kematian, hikmat dunia ini tidak akan dapat menghibur kita. Alasannya sederhana. Semua hikmat dunia berkutat hanya pada dunia yang sementara ini. Tidak pernah menerobos keluar dan melongok ke dunia yang datang, dimana ada pengharapan akan kebangkitan tubuh, akan langit dan bumi yang baru, akan kemenangan total Kristus atas segala bentuk kejahatan dan dosa.

    Hikmat dunia mungkin membuat kita bijaksana, bijaksini, dan bijaksitu. Tapi itu tidak cukup! Yang kita butuhkan bukan hanya bijaksana, tapi “bijak dari sana” atau hikmat ilahi. “Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah.” Meminta dengan iman. Meminta tanpa bimbang. Sebagaimana Ia pernah lakukan kepada Salomo, Allah dengan serta-merta akan memberi kita hikmat ilahi tersebut. Ia tak akan pernah mempermasalahkan betapa sering di masa lampau kita menyia-nyiakan hikmat-Nya.
  1. Untuk menyatakan kepada kita bahwa tidak cukup tahu tentang Allah, tanpa dapat menerapkan pengetahuan tsb di saat dan waktu yang tepat. Kita tahu misalnya apa arti providensi Allah, kita paham betul tentang doktrin “perseverance of the saint” (dimana orang-orang kudus akan bertekun sampai pada akhirnya), namun saat kesulitan datang, mendadak kita sangat cemas dan gelisah, seakan-akan Allah tidak eksis. Reaksi kita menghadapi kesulitan menyatakan teologi kita yang sebenarnya.
  2. Karena kesulitan hidup Allah ijinkan untuk memproduksi dalam diri kita sesuatu yang kita tidak akan pernah mampu rekayasa sendiri, yaitu karakter Kristus. Tidak ada situasi hidup yang terlalu runyam yang Allah tidak dapat olah untuk menghasilkan sesuatu yang baik. Ia melakukannya dalam penciptaan. Ia juga melakukannya dalam penyaliban Kristus. Sekarang Ia melakukannya dalam hidupmu. 
  1. Saat kita berada di lembah, disanalah kita menemukan Kristus lebih riil, bahwa anugerah-Nya cukup bagi kita. Sama seperti bintang di langit hanya bersinar di kegelapan malam, dan semakin gelap langit semakin terang cahaya bintang tersebut, Kristus tampak lebih jelas saat kita berada dalam kegelapan. Kehilangan yang kita alami memampukan kita berkata pada akhirnya, “Kristus ternyata cukup bagi saya.” Karena Ialah sumber segala hikmat.