SUNDAY SERVICE: 9:30AM English; 11:00AM Indonesian

Dipanggil untuk Kultivasi dan Kreasi Budaya

Dalam bukunya Culture Making: Recovering Our Creative Calling, Andy Crouch menulis bahwa orang Kristen seringkali mengambil salah satu dari keempat sikap berikut terhadap budaya dunia. Untuk memudahkan, kita akan memakai film Hollywood sebagai sebuah contoh produk budaya.

Kutuk – “Jangan nonton film, itu dosa!”

Banyak gereja atau orang Kristen yang terbiasa mengutuki ide atau karya orang lain yang berbeda dengan mereka dengan berbagai label: “Sesat”, “Sekuler”, “Liberal”, “Tidak reformed”, “Tidak ada roh”, dst.

Tentu, kita harus tegas berkata dosa adalah dosa (film porno, misalnya), tidak semua budaya dunia adalah dosa. Manusia yang belum percaya Kristus pun, karena dicipta dalam rupa dan gambar Allah, dapat menghasilkan sesuatu yang baik dan benar. Kalau yang dilakukan orang Kristen hanya mengutuki orang atau golongan lain, tidak heran kalau orang Kristen dikenal di dunia sebagai tukang kutuk. 

Kritik – “Jangan cuma nonton film, coba cari kelemahan dan salahnya dimana!”

Tukang kritik lebih santun dibanding tukang kutuk. Ada argumentasi dan akal sehat yang dipakai untuk membangun argumentasi. Dan kita perlu melakukan itu dalam dunia yang sedang lenyap dengan segala hawa nafsu dan keinginannya ini. Namun tentu tidak cukup kalau orang Kristen hanya jago menjadi ‘film critic’ tapi bukan ‘film producer’. Atau menjadi blogger mengkritik buku orang lain, tapi tidak pernah menghasilkan buku sendiri.

Kopi – “Jangan nonton film sekuler, nonton film Kristen saja”

Yang saya maksud dengan kopi adalah menjiplak karya non-Kristen, lalu menjadikannya versi Kristen. Steril dari pengaruh dunia. Tapi kalau kita berhenti sampai disini, kita hanya menjadi orang Kristen yang memproduksi film Kristen (dan lagu Kristen, musik Kristen, buku Kristen, sekolah Kristen, rumah sakit Kristen, dst.). 

Ada orang yang bilang, “Kalau suka Russell Crowe, jangan nonton filmnya yang Gladiator itu, nonton yang Noah saja – minimal itu dari Alkitab.” Asumsi dibalik sikap ini adalah kita memisahkan diri dari dunia agar tidak tercemar, bukan aktif penetrasi menghadirkan budaya tandingan.

Konsumsi – “Nonton film apapun boleh. Buat apa takut?”

Mayoritas orang Kristen ada disini. Hanya pasif mengkonsumsi apapun yang disajikan oleh dunia. Respon kita setelah pulang dari nonton film atau baca buku atau dengar musik tidak berbeda samasekali dengan orang yang belum percaya. Pikiran kita dipenuhi dengan berbagai ide, paham, dan konsep non-biblikal tanpa kita mampu memilah dan mengolahnya. 

Kita perlu bergeser untuk melakukan dua sikap berikut, kultivasi dan kreasi.

Kultivasi – “Nonton film yang bermutu”

Setiap orang Kristen memiliki panggilan ganda di dunia: Menyandang rupa Allah. Sebagai penyandang rupa Allah (image-bearer), kita merefleksikan Pencipta kepada ciptaan-Nya di dunia, mengelola dan menjaga hal-hal yang baik yang sudah diciptakan sebelum kita. Ini yang disebut dengan panggilan untuk Kultivasi.

Kreasi – “Bukan cuma nonton, tapi buat film yang bermutu”

Panggilan kedua kita, yang lebih sulit, adalah merestorasi rupa Allah. Rupa Allah yang sudah rusak oleh dosa menghasilkan berbagai budaya dunia yang tercemar dosa. Kita terpanggil untuk membuat sesuatu yang baru, melalui buah karya kita, baik produk maupun jasa, yang sarat dengan excellence dan nilai-nilai kerajaan Allah. Inilah fungsi Kreasi.

Jadi kita dipanggil untuk kultivasi (memelihara) dan kreasi (membentuk) dunia ini. Apapun yang Anda produksi – musik, kopi, ide, laporan, paten, proses, program, atau produk apapun, asal tidak berdosa (mis: narkoba), akan terhisap di kota Allah, dalam langit dan bumi yang baru, dalam ciptaan yang diperbarui ulang dengan sempurna oleh Kristus nanti.

Film-film yang bermutu perlu dilestarikan dan diproduksi lebih banyak. Schinder’s List atau Saving Private Ryan, misalnya, yang menggambarkan pengorbanan seseorang menyelamatkan orang lain, sangat kuat menceritakan tema pengorbanan, menjadi refleksi samar-samar akan pengorbanan Kristus Yesus bagi manusia berdosa.