SUNDAY SERVICE: 9:30AM English; 11:00AM Indonesian

Dua Hukum Matematika Teologis

Di dalam buku True Devotion: In Search of Authentic Spirituality, penulis Allan Chapple mengatakan bahwa kerohanian yang sejati adalah kerohanian yang berpusatkan pada Yesus Kristus. Salah satu cara untuk menguji apa yang menjadi pusat kerohanian kita adalah dengan mengingat dua hukum Matematika Teologis.

Hukum pertama: setiap kali anda menambah, anda sebetulnya mengurangi. Apa pun yang kita tambahkan pada pribadi maupun karya Kristus, sebetulnya mengurangi kebenaran tentang diri-Nya. Mungkin mirip seperti seorang anak yang menggunakan spidol lalu menggambar topeng dan jubah Batman di atas foto ayahnya. Anak ini kemudian dengan bangganya berseru, “Liat, Papa jadi Batman!” tapi yang intinya terjadi adalah foto itu sekarang tidak lagi merefleksikan kebenaran tentang ayahnya. Demikian juga waktu kita berpikir bahwa kita perlu Yesus PLUS perbuatan baik atau status moral atau apa pun kontribusi dari pihak kita. Bukannya mendapatkan Yesus,tapi kita akhirnya mempunyai Yesus yang bukan lagi segala-galanya bagi kita—Ia tidak lagi cukup. Christ alone is no longer enough!  

Jemaat di Kolose mengalami masalah yang sama. Bukannya mereka tidak lagi percaya para Yesus, tapi mereka tidak lagi percaya hanya kepada Yesus. Mereka mulai terbuai oleh beragam pengajaran dan aturan yang akhirnya menjadi lebih memikat daripada kemuliaan dan keindahan Yesus.

Hukum kedua: apa yang anda tambahkan, itu yang sebetulnya anda sembah. Kita bisa mengikrarkan pengakuan iman, janji keanggotaan, lagu pujian, atau bahkan mengkhotbahkan bahwa Yesus itu cukup—tetapi kenyataannya adalah: apa pun yang kita tambahkan selain Yesus Kristus, itulah yang sebetulnya menjadi Tuhan dan Juruselamat kita. Inilah yang menjadi masalah di gereja-gereja di Galatia. Ada orang-orang ‘Kristen’ Yahudi yang mengajarkan bahwa mereka perlu disunat barulah mereka selamat. Perhatikan bahwa pengajar-pengajar ini tidak menyangkali  bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat—setidaknya tidak secara verbal.

Tetapi hukum kedua ini mengatakan bahwa bepada akhirnya yang mereka ajarkan adalah sunatlah Tuhan dan Juruselamat kita yang sesungguhnya. Tidak heran Paulus menekankan di pasal-pasal awal surat Galatia betapa pentingnya kita memahami pengajaran tentang pembenaran, adopsi sebagai anak-anak Allah, serta tinggalnya Roh Kudus di dalam diri kita—yang hanya diterima melalui iman di dalam Kristus.

Kedua hukum Matematika Teologis ini seharusnya secara rutin menjadi refleksi sehari-hari kita, karena kita mudah sekali lupa akan siapa atau apa yang menjadi pusat kerohanian kita. Dari perikop Galatia 4:21-5:1, Paulus menjabarkan setidaknya tiga pertanyaan yang Allah pakai untuk membuat hidup kita semakin berpusat kepada Kristus:

  • Apa yang menjadi sumber sukacita anda sehari-hari? Apakah anda secara rutin bersukacita karena “namamu ada terdaftar di sorga” (Luk 10:19-20)?
  • Apakah anda mau menghadapi kenyataan bahwa penderitaan adalah bagian dari panggilan kita? Atau, apakah anda cenderung lari dari kenyataan dan lebih suka mencari kenyamanan?
  • Apakah anda bertumbuh dan melayani bersama-sama dengan orang Kristen lainnya di dalam gereja? Kristus datang ke dunia untuk melayani, bukan dilayani—hidup-Nya adalah hidup yang sedemikian berpusat kepada Allah sehingga Ia dapat dengan bebas memberikannya kepada orang lain.