SUNDAY SERVICE: 9:30AM English; 11:00AM Indonesian

Injil & Lidah

Mari kita melihat secara sederhana lidah manusia dari paradigma Alkitab tentang penciptaan-kejatuhan-penebusan-penggenapan.

Penciptaan – Allah menciptakan dunia ini hanya dengan berkata. “Jadilah terang”, lalu terang itu jadi. Karena manusia diciptakan dalam rupa dan gambar Allah, maka perkataan kita pun memiliki kuasa. Dengan lidah, kita dapat membangun dan menjatuhkan orang lain, mempererat atau menghancurkan pernikahan, menyatukan atau memecahbelah gereja, menebar kedamaian atau kebencian di masyarakat. Penulis Amsal bahkan menulis, “Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya” (18:21). Perkataan kita tidak pernah netral, membawa orang lain dan diri kita lebih dekat kepada kehidupan atau kepada kematian.

Kejatuhan – Kita disebut orang yang sempurna apabila kita mampu menguasai lidah (Yak 3:2). Namun siapa yang mampu untuk tidak pernah membicarakan orang lain (gosip), tidak pernah mengeluh tentang apapun juga, tidak pernah menyalahkan orang lain, tidak pernah membela diri, tidak pernah membanggakan diri? Karena kejatuhan manusia dalam dosa, seluruh bagian dari diri kita tercemari dosa, termasuk lidah. Pemazmur paham benar hal ini ketika ia menulis, “Aku hendak menjaga diri, supaya jangan aku berdosa dengan lidahku; aku hendak menahan mulutku dengan kekang” (Mazmur 39:1). Dosa lidah ini pelik memang, karena lidah kita menyatakan isi hati kita. Yesus mengajarkan bahwa yang diucapkan mulut, meluap dari hati (Lukas 6:45). Dan betapa liciknya hati manusia yang berdosa. Itu sebab Yesus mengingatkan bahwa “setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggungjawabkannya pada hari penghakiman” (Mat 12:36). Kita manusia celaka yang najis bibir dan layak menerima penghakiman Allah yang adil dan suci.

Penebusan – Sumber masalah lidah bukan berasal dari luar, namun dari dalam diri kita, yaitu hati manusia yang berdosa. Dan solusinya bukan berasal dari dalam, tetapi dari luar. Belajar ilmu komunikasi tidak akan pernah dapat mengatasi masalah lidah kita, malah kita malah semakin canggih dalam memutarbalikkan kebenaran untuk memanipulasi orang lain. Solusinya ada dalam Kristus Yesus. Kita tidak dihukum Allah karena dosa lidah kita karena Yesus menanggung hukuman Allah tersebut. Padahal Yesus “tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam mulut-Nya. Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki” (1 Pet 2:22-23). Ia diam tak membela diri saat Ia diadili secara sepihak oleh Kayafas, diludahi muka-Nya, dipukul dan ditampar, (Matius 26:63-67). Ia diam karena Ia sedang menanggung dosa anda dan saya, untuk setiap kalimat yang berdosa yang kita ucapkan, untuk mengutuki Allah dan orang lain yang mengemban rupa Allah. Ia diam menanggung dosa lidah yang untuknya kita layak dihukum Allah.

Penggenapan – Semakin kita memahami kaitan antara Injil dan dosa lidah kita, semakin kita yang sekarang berada di dalam Kristus semakin memahami bahwa kita membutuhkan anugerah Allah setiap saat untuk menjaga keluar nya setiap kata dari lidah kita. Perlahan tapi pasti ada perubahan yang terjadi. Bibir kita sekarang dapat menggembalakan banyak orang kepada Kristus. Kita memakai lidah kita untuk mengupayakan shalom (damai sejahtera) yang sejati terjadi di dunia melalui profesi kita masing-masing, agar kebenaran dan keadilan muncul di berbagai sektor kehidupan. Seperti Charles Wesley, kita sadar bahwa tidak akan cukup hanya lidah kita yang memuji Penebus kita di dunia ini dan di dunia yang akan datang. Namun kita akan berusaha dengan sekuat tenaga untuk mengajak orang lain yang belum mendengar Kristus, agar ada 1,000 lidah yang menyanyikan pujian bagi Kristus. Karena itulah yang akan terjadi dalam langit dan bumi baru: Dengan lidah mereka, “semua makhluk yang di sorga dan yang di bumi dan yang di bawah bumi dan yang di laut dan semua yang ada di dalamnya; Bagi Dia yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba, adalah puji-pujian dan hormat dan kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya! (Wahyu 5:13).