SUNDAY SERVICE: 9:30AM English; 11:00AM Indonesian

Jangan Sia-Siakan Talentamu!

Dalam perumpamaan Tuhan Yesus di Matius 25, yang dimaksud dengan talenta bukan kompetensi. Tuan dalam cerita Yesus tersebut memberi ketiga hambanya jumlah talenta yang berbeda: Lima, dua, satu, “masing-masing menurut kesanggupannya” (ay. 15). Tentu aneh kalau Yesus berkata, mereka diberi kesanggupan menurut kesanggupan masing-masing.

Yang dimaksud Yesus dengan talenta adalah kesempatan dan tanggung jawab. Setiap hamba-Nya diberikan kesempatan dan tanggung jawab yang berbeda-beda, sesuai dengan kapasitas masing-masing. Dan Yesus akan datang untuk kedua kalinya untuk meminta pertanggungjawaban setiap hamba-Nya.

Dalam konteks modern, kalau gaji Anda per tahun adalah 100 juta, misalnya, maka 1 talenta hari ini bernilai 2 milyar rupiah. Dengan kata lain, Allah tidak pernah memberi kesempatan dan tanggung jawab yang kecil kepada setiap hamba-Nya.

Dari penjelasan di atas kita belajar beberapa hal yang penting tentang hidup ini:

  1. Setiap orang Kristen pasti diberi kesempatan dan tanggung jawab yang besar di dunia milik Allah ini sesuai dengan kapasitas masing-masing. Tugas kita adalah bekerja dengan setia melipatgandakan setiap kesempatan tersebut. Kalau ada yang bilang, “Gunakan talentamu”, itu artinya maksimalkan setiap kesempatan yang Allah berikan.
  2. Kalau tanggung jawab terlalu besar dibanding kapasitas kita, kita akan merasa kewalahan dan burnout. Kalau tanggung jawab terlalu kecil, kita akan merasa jenuh dan tidak efektif. Yang diberi banyak tidak boleh sombong, yang diberi sedikit tidak boleh minder. Jangan lupa satu talenta itu sangat besar jumlahnya.
  3. Hamba pertama dan kedua melipatgandakan talenta mereka. Allah tidak menuntut hamba kedua yang mendapat 2 talenta untuk menjadikannya 10. Yang diberi 2 talenta melipatgandakan menjadi 4 talenta. Yang penting bukan porsinya (berapa banyak tanggung jawab yang Tuhan berikan), tapi proporsinya (apakah Anda mengerjakan dengan setia tanggung jawab tersebut). Yang dituntut Allah adalah kita menjadi hamba yang baik dan setia.
  4. Setiap orang Kristen pasti akan dihakimi. Alkitab mengajarkan bahwa ada dua jenis penghakiman. Yang pertama adalah penghakiman tahta putih untuk orang-orang yang menolak Kristus (Wahyu 20:11-15). Yang kedua adalah penghakiman tahta Kristus untuk orang-orang yang berada di dalam Kristus (2 Korintus 5:10). Di penghakiman kedua inilah, setiap orang Kristen harus mempertanggungjawabkan setiap kesempatan yang Allah berikan.
  5. Hamba ketiga disebut Yesus sebagai hamba yang jahat dan malas. Bukan bodoh, bukan tidak jujur. Tapi jahat dan malas. Jahat karena ia menyalahkan tuannya yang dengan adil menuntut pertanggunganjawab. Malas karena ia tidak melipatgandakan kesempatan yang ia terima. Hamba jahat dan malas ini dicampakkan ke kegelapan yang paling gelap, jauh dari hadapan tuannya, karena ia bukan seorang hamba yang sejati.

 Jika kita jujur di hadapan Allah, betapa banyak kesempatan dari Allah yang kita telah sia-siakan. Betapa sering kita sembarangan melakukan tanggung jawab sehari-hari kita sebagai orang tua di rumah, sebagai professional di kantor, atau sebagai pelayan di gereja. Kita layak dihukum Allah. Namun kita bersyukur karena Yesus Kristus, hamba Allah itulah yang dengan setia menggunakan setiap kesempatan dan tanggung jawab yang dimandatkan Bapa-Nya. Kebenaran-Nya yang sempurna itulah yang ditransfer kepada kita di kayu salib, dan kegagalan dan dosa kita yang ditanggung-Nya. Itulah pengharapan kita satu-satunya saat kita suatu hari nanti berdiri menghadap tahta pengadilan Kristus.

Kiranya doa misionaris Jim Elliot berikut menjadi doa kita bersama, “Ya Allah, aku berdoa, biarlah lilin hidupku terus menyala bagi-Mu. Pakailah hidupku, ya Allah, karena hidupku adalah milik-Mu. Aku tidak meminta hidup panjang, tapi hidup yang penuh, seperti Engkau, ya Tuhan Yesus.”