SUNDAY SERVICE: 9:30AM English; 11:00AM Indonesian

Mat 5:17-20 "Dibebaskan Untuk Taat (Bagian 1)"

Matius 5:17-18
(17) Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. (18) Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.

Melalui Khotbah di Bukit, Yesus menunjukkan hidup seperti apa yang Ia sedang ciptakan di dalam diri setiap pengikut-Nya, atau dengan kata lain gaya hidup seperti apa yang menunjukkan bahwa kita adalah warga negara kerajaan Allah. Bagi saya, sejauh ini gambaran yang Yesus berikan begitu menggetarkan: dimulai dari mengakui kemiskinan rohani kita di hadapan Allah (5:3) sampai mengekspresikan perbuatan baik kita di hadapan orang lain (5:16).

Tapi bagi pendengar Yesus saat itu (yang kebanyakan adalah orang-orang Yahudi) maka gambaran yang Yesus berikan malah bisa membingungkan atau meresahkan. Kalau Yesus sejauh ini banyak bicara tentang karakter warga negara kerajaan Allah, kok sepertinya Dia tidak bicara sama sekali tentang hukum Allah atau tulisan para nabi? Apakah ajaran Yesus segitu barunya sehingga seolah-olah apa yang Allah telah berikan melalui Musa dan para nabi, hukum-hukum yang begitu erat dengan identitas orang Israel, otomatis dikesampingkan sama sekali?

Di sini Yesus mengantisipasi kebingungan dan keresahan pendengarnya. Ia mengatakan bahwa Ia tidak datang untuk mengesampingkan Firman Tuhan yang mereka selama ini sudah terima, tetapi justru untuk menggenapinya. Sekali lagi ini yang membuat Khotbah di Bukit ini menjadi begitu unik: khotbah ini begitu berkaitan dengan karakter dan misi hidup si Pengkhotbahnya. Tanpa Yesus maka seluruh khotbah ini tidak akan bisa dimengerti. Dialah yang datang untuk mengenapi, atau menunjukkan secara penuh arti dari seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.

Yesus menggenapi hukum Taurat melalui apa yang Ia ajarkan. Kita nanti akan melihat bahwa justru orang-orang Farisilah yang meniadakan arti hukum Taurat melalui ratusan aturan serta tradisi nenek moyang mereka. Sinclair Ferguson mengumpamakan hukum Taurat bagaikan seekor singa yang selama ini dikurung oleh orang-orang Farisi, dan Yesus datang untuk melepas singa itu keluar sehingga ia bebas menerkam pikiran dan motivasi kita yang tersembunyi, serta mencabik-cabik asumsi kita yang mengira kita sanggup taat dengan kekuatan kita sendiri.

Yesus menggenapi hukum Taurat melalui bagaimana Ia hidup. Bahkan di Perjanjian Lama berulangkali kita diberikan sikap yang Allah inginkan waktu kita mentaati hukum-hukum-Nya, yaitu dengan sukacita:

Betapa kucintai Taurat-Mu! Aku merenungkannya sepanjang hari.(Mazmur 119:97)

Sepanjang hidup-Nya Yesus menjalani bukan saja hidup yang taat secara sempurna kepada Allah Bapa-Nya, tapi juga taat dengan sukacita.

Yesus menggenapi hukum Taurat melalui bagaimana Ia mati. Penderitaan dan sengsara salib yang Yesus alami menunjukkan betapa serius dan dahsyatnya hukuman yang manusia harus alami, karena tidak satu pun dari kita sanggup menghidupi hukum Allah dengan sempurna, apalagi dengan sukacita! Setiap kali kita mengatakan Yesus mati menanggung dosa-dosa kita, Ia bukan saja menderita akibat hal-hal salah yang kita lakukan, tetapi juga akibat hal-hal baik yang kita lakukan. Seperti kata seorang penulis,

"Aku menumpukkan seluruh perbuatan jahatku dan setiap perbuatan baikku di satu tumpukan yang sama, dan setelah itu aku lari ke salib Yesus untuk menerima seluruh perbuatan baik-Nya!"

Waktu kita memahami hubungan antara hukum Taurat dengan Yesus, barulah kita tahu apa arti kebebasan yang sesungguhnya. Betul, kematian dan kebangkitan Yesus membebaskan kita dari hukuman dosa dan kutukan kematian kekal, tetapi kita bukan dibebaskan dari ketaatan! Kita tidak dibebaskan untuk kemudian mengesampingkan hukum-hukum dan perintah Tuhan. Kita justru dibebaskan untuk mentaatinya. Kita sekarang bebas mentaatinya karena kita sudah diampuni dan diterima oleh Allah sang Pemberi Hukum. Kebebasan orang Kristen begitu berarti dan berharga karena kualitas karakter dan hidup si Pembebas.

Next kita akan melihat bagaimana Yesus menjelaskan ini lebih lanjut. Tapi untuk saat ini mari kita kembali diingatkan bahwa waktu kita melihat Yesus, ajaran-Nya yang agung, hidup-Nya yang sempurna, dan kematian-Nya yang dahsyat, kita bisa berkata: di dalam diri-Nyalah seluruh hukum Allah dinyatakan dan digenapi secara sempurna. Melalui Dialah aku sekarang bebas untuk mentaati apa yang Allah tuntut dari hidupku.

DOA
Allah Bapa, ampuni kami kalau selama ini kami kurang mendalami betapa serius dan suci-Nya hukum dan perintah-Mu. Kami seringkali lupa betapa mahal dan dahsyatnya harga yang Yesus telah bayar karena ketidaktaatan dan ketidakpedulian kami akan Engkau.

Hari ini kami mau kembali bersyukur karena melalui kematian dan kebangkitan-Nya, kami betul-betul dibebaskan dari hukuman dosa dan kutukan kematian kekal. Tolong kami untuk selalu ingat bahwa Engkau membebaskan kami agar kami sekarang bisa taat kepada-Mu dengan seluruh hati dan hidup kami.

Demi nama Yesus, Penebus kami yang hidup kami berdoa. Amin.

Leave a Comment

Comments for this post have been disabled.