SUNDAY SERVICE: 9:30AM English; 11:00AM Indonesian

Mat 5:27-30 “Bebas Dengan Batas"

Matius 5:27-30
(27) Kamu telah mendengar firman: Jangan berzinah. (28) Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya.

(29) Maka jika matamu yang kanan menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa, dari pada tubuhmu dengan utuh dicampakkan ke dalam neraka. (30) Dan jika tanganmu yang kanan menyesatkan engkau, penggallah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa dari pada tubuhmu dengan utuh masuk neraka.

Iman Kristen punya pandangan yang sangat positif, utuh, dan indah tentang relasi suami istri. Pernikahan adalah ikatan kovenan yang eksklusif antara sepasang pria dan wanita sepanjang hidup mereka. Selama pria dan wanita masih single, mereka dipanggil menjaga kekudusan mereka bagi Tuhan. Setelah mereka menikah, mereka dipanggil menjaga kesetiaan mereka satu sama lain.

Pada jaman Yesus, para ahli Taurat menilai bahwa yang penting tidak kedapatan berselingkuh dengan istri orang lain. Mereka bahkan memelintir hukum Tuhan sedemikian rupa sampai suami boleh menceraikan istrinya hanya dengan alasan-alasan yang sepele. Yesus langsung menyasar akar masalahnya: hawa nafsu, atau hati yang tidak suci dalam memikirkan orang lain. Bagi yang masih single, ketidaksucian kita bisa nampak dengan tidak menjaga kekudusan tubuh kita (atau tubuh lawan jenis kita). Bagi yang sudah menikah, ketidaksucian kita bisa nampak dengan membayangkan atau menginginkan dengan nafsu orang lain yang bukan pasangan kita.

Yesus sekali lagi mengajarkan apa yang dimaksud dengan perintah, "Jangan berzinah": Allah melarang segala bentuk ketidaksucian seksual terhadap orang lain, entah yang terjadi di dalam imajinasi kita atau tindakan jasmani kita. Kalau kita bandingkan dengan budaya dan media di sekitar kita, maka sepintas apa yang iman Kristen ajarkan terkesan begitu sempit, kuno, dan bahkan represif. Bukankah kita seharusnya bebas mengekspresikan seksualitas kita, selama kita tidak menyakiti atau merugikan orang lain?

Tapi justru itu problemnya! Tuhan Allah bukan saja Pencipta manusia, Ia juga menciptakan seks dan seksualitas. Perbedaan kelamin, ekspresi cinta, hubungan intim antara suami istri, itu semua Allah telah rancang dengan begitu teliti dan indah untuk dinikmati secara penuh di dalam pernikahan. Hanya di dalam pernikahanlah kebebasan mengekspresikan seksualitas kita mendapatkan senyum lebar yang full dari Tuhan. Jadi apa yang Yesus ajarkan justru bertujuan untuk memberikan visi pernikahan dan seksualitas yang betul-betul positif, utuh, dan indah. "Kebebasan," kata Tim Keller,"bukan berarti tidak adanya batasan, melainkan adanya batasan-batasan yang tepat."

Jadi entah kita single atau sudah menikah, sebagai pengikut Kristus kita bisa mengaplikasikan perintah ini dengan:

  1. Menyadari kecenderungan serta kelemahan kita dalam berdosa. Kita harus hidup di dalam batasan yang Tuhan sudah berikan kepada ktia. Kebanyakan kita tahu jenis lagu, tontonan, bacaan, apps, atau games yang membuat hawa nafsu kita bangkit. Kalau kita tidak tahu atau sadar, kita bisa membawanya kepada Tuhan atau minta masukan dari orang Kristen lain yang lebih dewasa.
  2. Memperlakukan sesama pengikut Yesus dengan kasih dan hormat. Kalau gereja adalah mempelai wanita Kristus, maka setiap anggota-Nya patut kita perlakukan dengan kasih dan hormat. Segala bentuk ekploitasi emosi, mental, dan seksual tidak punya tempat di dalam gereja Tuhan.
  3. Mematikan secara serius dosa seksual dan perzinahan dari setiap aspek. Yesus menggunakan gambaran yang menyakitkan: cungkil mata, penggal tangan! Seorang penulis mengatakan artinya kita harus tegas, tidak tunggu-tunggu, dan tahu bahwa melepaskan dosa tertentu akan sangat menyakitkan.
  4. Mengingat bahwa Tuhan mau kita menikmati kebahagiaan dan kebebasan yang sejati. Kebahagiaan dan kebebasan palsu yang setan dan dunia tawarkan akan membawa kita pada kepedihan, kekecewaan, dan akhirnya, kebinasaan. Waktu kita berbalik kepada Tuhan, betapa pun menyakitkannya itu, kita justru akan menemukan keutuhan dan kepuasan yang selama ini kita cari-cari.

DOA
Tuhan Allah, betapa mudah hati dan mata kami terbuai oleh gambar, film, jenis entertainment, atau bahkan imajinasi kami yang seringkali membuat kami lebih rela berbuat dosa daripada hidup taat kepada-Mu.

Waktu kami melihat betapa positif, utuh, dan indahnya visi-Mu tentang pernikahan, biarlah itu memotivasi kami untuk secara serius menghindari, membenci, dan membuang segala sesuatu yang mencemarkan hati dan mata kami.

Kami mohon pertolongan dan anugerah-Mu. Demi nama Yesus kami berdoa. Amin.

Leave a Comment

Comments for this post have been disabled.