SUNDAY SERVICE: 9:30AM English; 11:00AM Indonesian

Mazmur 15 "Tuhan, Siapa yang Boleh Tinggal Bersama-Mu?"

Mazmur 15
(1) Mazmur Daud.

TUHAN, siapa yang boleh menumpang dalam kemah-Mu? Siapa yang boleh diam di gunung-Mu yang kudus?

(2) Yaitu dia yang berlaku tidak bercela, yang melakukan apa yang adil dan yang mengatakan kebenaran dengan segenap hatinya, (3) yang tidak menyebarkan fitnah dengan lidahnya, yang tidak berbuat jahat terhadap temannya dan yang tidak menimpakan cela kepada tetangganya; (4) yang memandang hina orang yang tersingkir, tetapi memuliakan orang yang takut akan TUHAN; yang berpegang pada sumpah, walaupun rugi; (5) yang tidak meminjamkan uangnya dengan makan riba dan tidak menerima suap melawan orang yang tak bersalah.

Siapa yang berlaku demikian, tidak akan goyah selama-lamanya.

Mazmur ini menggambarkan karakter penyembah Tuhan yang sejati. Karakter ini dilukiskan dengan sepasang pernyataan:

  1. Ia yang berlaku tidak bercela dan melakukan apa yang adil dan yang mengatakan kebenaran dengan segenap hatinya. Ini adalah gambaran orang yang memiliki relasi yang dekat dengan Tuhan dan kedekatannya terlihat dari bagaimana ia bertindak serta berbicara. Tindakan dan ucapannya merefleksikan keadilan serta kebenaran, atau dengan kata lain merefleksikan karakter Tuhan (15:2). Ia tidak menyalahgunakan kata-katanya, menggunakan manipulasi untuk mencapai tujuannya, atau menyakiti serta mempermainkan orang-orang sekitarnya (15:3).
  2. Ia yang memandang hina orang yang tersingkir, tetapi memuliakan orang yang takut akan TUHAN. Istilah 'orang yang tersingkir' di sini bukan berarti kaum marjinal, melainkan orang yang terus menerus memberontak melawan Tuhan, atau orang-orang yang tidak takut akan Tuhan (15:4). Ironisnya orang-orang ini kemungkinan besar adalah orang Israel sendiri, yang sejak dari lahir diajar mengenal Tuhan yang sejati dan seharusnya hidup memuliakan Dia. Dengan kata lain, Daud seperti mengatakan tidak ada gunanya mengklaim sebagai umat Tuhan kalau kelakuanmu terhadap satu sama lain tidak mencerminkan bagaimana Tuhan memperlakukan kalian.

Kalau kita jujur, maka kita akan mengakui bahwa setiap kita masuk ke dalam kategori penyembah palsu dan munafik. Kita menyanyikan 'How Great Thou Art' (Sungguh Besar Kau Allahku) tapi cara hidup kita lebih menunjukkan 'How great I am' (Betapa besarnya diriku) atau 'How great my problems are' (Betapa besarnya masalahku). Kita berdoa dengan kata-kata 'Bapa yang mengasihi kami di dalam Kristus', tapi begitu kita merasa tidak diperhatikan atau dihargai oleh pasangan kita, kita langsung ngambek berhari-hari. Apa yang kita ungkapkan di setiap kebaktian Minggu seringkali begitu bertolakbelakang apa yang tersingkap dalam hidup kita sehari-hari khususnya dalam cara kita saling memperlakukan satu sama lain.

Rasanya kalau Daud bertanya kepada kebanyakan orang Kristen hari ini, "Siapa yang boleh menumpang dalam kemah Tuhan?" Kebanyakan dari kita mungkin hanya bisa menunduk malu mengakui betapa dangkal, palsu, dan munafiknya penyembahan kita selama ini!

Tetapi, kalau kita membaca lebih dekat maka kita akan menemukan bahwa Mazmur ini tidak sedang mengajarkan bagaimana sih caranya supaya Tuhan menerima penyembahan kita. Bukan! Mazmur ini justru sedang menunjukkan karakter seperti apa yang Tuhan akan kerjakan dalam hidup setiap orang yang menyembah Dia. Seperti kata seorang penafsir, ini adalah "sikap hidup yang Allah ciptakan di dalam diri seseorang, bukan yang Allah cari dari seseorang" (Derek Kidner). Itu sebabnya Mazmur ini ditutup dengan jaminan kepastian, "Siapa yang berlaku demikian, tidak akan goyah selama-lamanya" (15:5). Alih-alih membuat kita melakukan introspeksi yang tidak sehat dan membuat depresi, Mazmur ini mengalihkan pandangan kita kepada tangan Allah yang kuat yang di atasnya kita berdiri.

Mazmur ini justru adalah undangan bagi setiap orang yang mau menjadi penyembah Tuhan yang sejati. Semakin kita mengenal, mengasihi, memuliakan, dan menyembah Dia maka semakin pula itu nampak dari bagaimana kita menggunakan kata-kata, menjalin relasi, mengambil resiko dalam mengasihi orang lain. Kita bukan saja menikmati kehadiran Tuhan tetapi juga menikmati dijaga oleh Tuhan. Kita menyadari bahwa kita tidak mungkin bisa secara sempurna hidup tidak bercela dan hidup benar-benar adil. Tetapi kita juga mengucap syukur bahwa di dalam Yesus Kristus kita diundang untuk tinggal bersama-sama dengan Dia dan Allah Bapa selama-lamanya.

Sewaktu kita menyadari bahwa Allah yang mengundang kita juga adalah Allah yang menjamin iman kita, maka respon yang paling tepat adalah berkata kepada-Nya,"Tuhan aku mau menjalani hidup yang tidak bercela, melakukan apa yang adil, mengatakan kebenaran dengan segenap hati, tidak mempermainkan kata-kataku, tidak berbuat jahat atau mempermalukan orang lain, mencintai kemuliaan-Mu melebihi segala sesuatu, berpegang pada janjiku, serta memperlakukan orang lain sama seperti Engkau memperlakukan aku."

DOA
Allah Bapa, terima kasih karena Engkau telah mengundang kami untuk tinggal dan bersekutu bersama-sama dengan Engkau, bukan selama masa hidup kami di dunia ini saja melainkan untuk selama-lamanya di langit dan dunia yang baru nanti. Terima kasih karena Engkau telah menjamin-Nya melalui Anak-Mu Orang Benar yang Agung itu Yesus Kristus, yang di dalam tangan-Nya kami tahu bahwa kami tidak akan goyah.
Bapa kalau selama ini kami telah menjadi penyembah-penyembah yang palsu dan munafik, ampunilah kami. Ampuni kami kalau tidak ada koneksi antara lagu pujian, doa, apa yang kami ajar atau dengarkan, dengan tingkah laku kami, khususnya dalam relasi kami satu sama lain.
Tolong kami, sebagai anak-anak yang telah menerima anugerah-Mu, untuk menjalani hidup yang tidak bercela, yang mencintai kebenaran-Mu, yang mendahulukan kemuliaan-Mu. Sehingga melalui perkataan dan tindakan kami, orang lain dapat melihat bagaimana Engkau telah berbicara dan memperlakukan kami.
Demi nama Yesus Kristus kami memintakan doa ini. Amin.

Leave a Comment

Comments for this post have been disabled.