SUNDAY SERVICE: 9:30AM English; 11:00AM Indonesian

Mengapa Perubahan Sejati itu Sulit

Sore itu Yohan terlihat sedang suntuk di perpustakaan, tenggelam dibalik tumpukan textbooks dan artikel yang ia harus baca sebelum ujiannya tiga hari lagi. Tidak mudah memang mempertahankan nilai kumulatifnya yang High-Distinction, apalagi ini tahun terakhir kuliahnya. Namun ia komit banget untuk mendapat beasiswa melanjutkan Masters, lalu bekerja sebagai investment banker di Merrill Lynch atau JP Morgan. Sebuah impian yang ia rancang bersama orang tuanya sejak ia SMP.

Dari kecil, orang tua Yohan selalu menekankan dua hal dalam hidup Yohan: Miliki ambisi yang besar dan kerelaan untuk kerja keras. “Itu satu-satunya jalan menuju sukses, agar kamu dihargai dan dihormati orang, dimanapun dan kapanpun”, begitu mama Yohan selalu mengingatkan.

Namun 7 tahun kemudian . . . sebuah perubahan besar terjadi. Yohan menjadi orang Kristen! Dia sekarang percaya bahwa sendirian, tidak mungkin dia bisa mencapai kesuksesan yang lebih tinggi . Ia perlu Yesus. Ayat hafalan favoritnya? Filipi 4:13 – “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.”  

Ia rajin berdoa, baca Alkitab, ikut KTB, pelayanan di gereja. Itu sebab ia sangat sibuk, bekerja sebagai investment banker, menjadi ayah, dan majelis gereja!  Namun ia percaya, kalau ia sibuk bagi Tuhan, pastilah berkat Tuhan akan tercurah kepadanya semakin besar (impiannya suatu hari dipromosi menjadi Managing Partner). Dan semua kesulitan dijauhkan Tuhan. Ia paling takut anaknya jatuh sakit karena itu akan membuat rutinitas hidupnya yang padat menjadi berantakan. Ia pun sangat pilih-pilih bergaul dengan orang di gerejanya. “Orang Kristen macam apa yang tidak mau kerja keras kayak saya, apalagi berharap Tuhan kasih dia sukses?”

Semua itu ia jalani sampai suatu ketika perusahaannya dinyatakan terlibat insider trading. Yohan terkena imbas dari tindakan ilegal yang dilakukan bosnya tanpa sepengetahuannya. Dan dia diberhentikan! Frustrasi, ia menyetir mobilnya sekencang mungkin ke luar kota, dan seluruh kaca mobil turun ia berteriak kepada Tuhan, “Mengapa?!?! Mengapa Kau biarkan ini terjadi? Aku mentaati semua yang Kau minta, lebih dari yang lain. Apa yang salah?!?!”

Seminggu kemudian, Yohan duduk berhadapan dengan Irwan, kakak rohaninya yang belasan tahun ia tak pernah temui. Dengan tetesan air mata Yohan menyadari apa yang salah saat Irwan berkata, “Han, sebelum kenal Yesus kamu punya ambisi untuk sukses dalam karir dengan usahamu sendiri. Setelah kenal Yesus, ambisi tersebut tetap menguasai kamu. Bedanya, kamu tidak lagi berusaha sendiri. Tapi kamu menggunakan Yesus untuk mencapai sukses tersebut. Kamu tahu banyak tentang doktrin, percaya dan cinta Yesus, tapi semua perubahan itu terjadi hanya di kulit luar. Tidak mengubah mu secara esensi. Karena keinginan dasar mu, apa yang kamu kejar, ambisi mu, tetap sama.”

Mendengar itu, pikiran Yohan menerawang ke sebuah kejadian beberapa tahun silam. Ia mendengar kabar bahwa Irwan, seorang financial planner, kehilangan pekerjaan karena ia menanggung kesalahan fatal yang dilakukan seorang staf-nya. Staf tersebut terheran-heran, lalu menanyakan mengapa Irwan rela kehilangan pekerjaan demi dia. Irwan sendiri sampai hari ini tidak pernah tahu jawabannya. Ketika ia bertanya, Irwan berkata, “Han, saya juga bingung dan kuatir saat itu. Tapi saya lalu ingat Yesus melakukan persis hal tersebut pada saya. Saya yang berdosa, Dia yang tersalib. Pekerjaan hilang, bisa cari lagi. Tapi Yesus jauh lebih penting dari kerjaan, dari karir. Staf saya itu tadinya ateis, sekarang dia pemimpin koor di gereja.”

Yohan tertunduk, mencoba menahan tetesan air matanya yang semakin deras, ketika Irwan melanjutkan: “Yesus rela menjadi seorang loser demi kita. Ia datang ke dunia untuk mati tersalib dan bagi dosa kita agar kita tidak lagi dikuasai oleh ambisi untuk sukses. Ambisi tersebut terlalu sepele. Ia ingin ambisi kita jauh lebih besar. Ia ingin diriNya yang menjadi ambisi kita. Sampai ambisi mu yang paling dasar diubahkan oleh Injil, kamu tidak akan mengalami perubahan yang sejati di dalam Kristus.”