SUNDAY SERVICE: 9:30AM English; 11:00AM Indonesian

Menguatkan yang Lemah dan Melemahkan yang Kuat

Sistem nilai dunia mengajarkan kita untuk menjadi pandai, berpengaruh, sukses, kaya. Dunia berkata, senjatamu yang terpenting adalah kelebihanmu.Sistem nilai ini tentu telah merasuki gereja. Itu sebab tidak jarang kita dengar, “Kamu menjadi orang hebat, supaya nanti Tuhan bisa pakai kamu dengan heran!” Celakanya, Allah sendiri pasti akan terheran-heran mendengar kalimat itu!

Menguatkan yang Lemah
Sistem nilai Alkitab mengajarkan kita untuk menjadi lemah. Sepanjang Perjanjian Lama dan Baru, kita melihat sebuah pola yang sangat kuat – Allah bekerja dengan ajaib justru melalui orang-orang yang lemah. Ia melengkapi orang yang dipanggil, bukan memanggil orang yang lengkap. Abraham (dan istrinya Sara) adalah kakek-nenek yang sudah sangat tua, tak lagi mampu untuk melahirkan keturunan saat Allah memanggil mereka. Allah tidak memilih bangsa Mesir yang gagah perkasa untuk menjadi bangsa pilihan Allah, melainkan bangsa Israel, bangsa budak yang keras kepala. Allah memilih Musa yang samasekali tidak percaya diri bicara di depan orang, apalagi di depan Firaun! Daud, seorang remaja ingusan, dipilihNya untuk melawan Goliat. Dan seterusnya.Anda berpikir bahwa Allah memakai kita melalui kelebihan kita? Tidak, Ia memakai kita justru melalui kelemahan kita. Alasannya hanya satu. Agar tidak ada seorangpun yang memegahkan diri di hadapan Allah (1 Kor 1:29). Ia tidak memilih orang yang kuat, namun menguatkan orang yang lemah, agar tidak ada yang dapat mencuri kemulianNya.

Melemahkan yang Kuat
Kalau Anda jeli, Anda mungkin segera protes, “Bukankah Paulus adalah seorang yang pandai, berpendidikan, berpengaruh? Yang jelas, ia bukan orang yang lemah!” Benar! Itu sebab dengan sangat akurat dia berkata kepada jemaat Korintus, tidak banyak diantara mereka yang adalah orang terpandang. Tapi ada beberapa. Bagaimana orang dengan intelligence seperti Paulus dapat menjadi lemah? Inilah pertanyaan penting kalau (a) Anda merasa Anda punya talenta, gelar, pengalaman, kesuksesan tertentu, dan (b) Anda ingin dipakai Tuhan dengan efektif.

Paulus sadar bahwa ia baru mengalami kuasa kasih karunia Allah saat ia dibawa kepada sebuah titik dimana kekuataannya lenyap dan ia menjadi lemah. Itu sebab Paulus menulis, “Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.” (1 Kor 12:9).Anda merasa diri kuat, namun ingin dipakai Allah dengan heran? Anda perlu siap dibawa oleh Allah ke dalam pengalaman kehilangan, kehancuran, kelemahan. Saat itulah Allah dapat memakai Anda, dan mendapat seluruh kemuliaan.

Dalam kerajaan dunia, kita diberitahu apa yang tidak membunuh kita akan membuat kita lebih kuat (what does not kill you makes you stronger). Dalam kerajaan Allah, Alkitab memberitahu kita bahwa apa yang tidak membunuh kita dalam anugerahNya akan membuat kita lemah sampai kita berhenti bersandar pada diri kita sendiri dan mulai bersandar pada Allah.

Pendek kata, baik yang lemah maupun yang kuat tidak akan dapat memegahkan diri dihadapan Allah. Segala puji, hormat, dan kuasa berasal dari dan kembali kepadaNya.