SUNDAY SERVICE: 9:30AM English; 11:00AM Indonesian

Motivasi Ketaatan Kristen

Apa bedanya taat kepada Kristus dan taat kepada agama?

Motivasi kita taat lebih penting dari ketaatan kita
Taat kepada hukum Allah tentu adalah hal yang Allah inginkan. Namun Allah mementingkan motivasi di atas ketaatan kita itu sendiri. Mentaati Allah karena motivasi yang salah sama berdosanya dengan tidak mentaati Allah. Inilah masalah jemaat Galatia. Paulus berkata justru ketaatan mereka kepada hukum Allah (sunat) membuat mereka keluar dari perlombaan iman yang Allah wajibkan bagi mereka (Gal 5:7). Bagaimana kita tahu bahwa kita mentaati Allah dengan motivasi yang benar? Dengan menguji apakah ketaatan kita dipenuhi dengan perbuatan daging (ketakutan, keangkuhan, kemarahan, iri hati, dst.) atau buah Roh (kasih, sukacita, damai sejahtera, dst.). Jika kita taat karena kita ingin membuktikan bahwa kita lebih cinta Tuhan dibanding orang lain, yang memotivasi kita adalah kesombongan dan iri hati, bukan kasih kepada Tuhan dan sukacita akan kebaikan-Nya.

Motivasi kita taat bukan kita takut ditolak Allah, tetapi karena kita tidak pernah akan ditolak Allah
Paulus menulis bahwa kita menantikan dengan pengharapan yang penuh akan kebenaran (Gal 5:5), yaitu bahwa kita pasti akan diterima Allah karena apa yang Kristus telah lakukan di atas salib, terlepas dari ketaatan atau ketidaktaatan kita. Roh Kudus yang tinggal dalam hati kita menjadi jaminan kita hari ini bahwa sebagai anak-anak adopsi Allah, kita adalah ahli waris Allah Tritunggal yang akan tampil dihadapan-Nya dengan kudus dan tanpa cela.

Inilah beda pengharapan Kristen akan kebenaran Injil (Gospel righteousness) dan kebenaran perbuatan (works righteousness). Dalam kebenaran karena perbuatan, kita diberitahu di awal sesuatu yang positif, namun berakhir dengan negatif (“kamu adalah orang yang baik, lakukan ini dan itu bagi Allah … karena kalau tidak, Allah akan menghukum engkau ke neraka!). Dalam kebenaran Injil, kita diberitahu di awal sesuatu yang negatif, namun berakhir dengan positif (“kamu adalah orang berdosa, percuma lakukan ini dan itu bagi Allah karena tidak akan pernah cukup untuk menyelamatkanmu. . . tapi Kristus telah mati dan bangkit untuk menyelamatkanmu”). Tidak heran berita salib terus menjadi sebuah skandal (batu sandungan), menyatakan bahwa manusia adalah orang berdosa yang terkutuk dibawah amarah Allah yang suci.

Itu sebab ketaatan orang Kristen bukan karena kita takut dibuang Allah saat kita gagal taat. Tetapi justru karena kita tidak akan pernah dibuang Allah saat kita gagal taat. Mengapa? Karena Allah telah merelakan Anak-Nya untuk mati bagi kita di salib saat kita masih membenci Allah, bagaimana mungkin Ia akan membuang kita saat kita gagal taat.

Kalau saya sukses melawan dosa, sukses kerja keras dalam pelayanan yg berhasil, itu tidak akan pernah cukup membuat Tuhan menerima saya, mengampuni saya, menyelamatkan saya. Kalau saya gagal melawan dosa, gagal menjadi berkat, gagal dalam kesaksian hidup, itu tidak akan membuat saya lebih terhilang, lebih tanpa berpengharapan di dalam Tuhan.

Tidak ada hal yang kita berhasil lakukan atau gagal lakukan yang akan membuat Allah menambah kasih-Nya pada kita.
Tidak ada hal yang kita berhasil lakukan atau gagal lakukan yang akan membuat Allah mengurangi kasih-Nya pada kita.