SUNDAY SERVICE: 9:30AM English; 11:00AM Indonesian

Pertolongan Tuhan Bagi Mereka yang Pemarah

Siapa sih dari kita yang tidak pernah marah? Dalam satu minggu ini saja kita pasti pernah mengeluh, mencak-mencak, membentak, menyindir lewat chat atau media sosial atau bahkan (semoga tidak!) hampir melakukan berbagai tindakan kekerasan fisik. Alasannya? Karena kita sedang marah terhadap sesuatu atau seseorang.

Kemarahan adalah reaksi negatif terhadap sesuatu yang kita anggap salah. Reaksi bersifat negatif ini tidak saja melibatkan emosi kita, tetapi juga seluruh diri kita —seringkali nampak melalui raut wajah, kata-kata pedas, sikap menjauh atau kebiasaan melarikan diri, dan lain seterusnya. Dan reaksi negatif ini muncul karena ada sesuatu yang kita nilai tidak pada tempatnya, tidak semestinya. Secara verbal atau tidak kita mengatakan, hal-hal seperti, “Dia gak boleh dong ngomong seperti itu!” atau, “Gua ngga pantas diperlakuin kayak gini!” atau, “Kenapa ya Tuhan selalu aja kasih orang atau situasi seperti ini padaku?”

Kemarahan kita, pada umumnya, masuk ke dalam kategori kemarahan yang berdosa (sinful anger). Kita harus akui bahwa kita seringkali marah karena apa yang kita anggap salah adalah hal-hal yang salah bagi kita. Salah karena itu melanggar ego, kepentingan, perasaan nyaman – atau, dengan kata lain, salah karena menyerang keinginan terdalam kita sendiri. Ini berbeda kontras dengan kemarahan suci Allah (righteous anger), dimana apa yang Ia nilai salah sudah pasti konsisten dengan keadilan, kebenaran dan kesucian pribadi-Nya. Itu sebabnya Alkitab mengatakan bahwa sumber kemarahan kita bukanlah orang lain atau situasi di luar kita, melainkan kekacauan di dalam hati kita. “Sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan” (Mar 7:21-22).

Tetapi puji Tuhan, Ia adalah Allah yang setia menolong anak-anak-Nya, termasuk di tengah kemarahan kita. Tuhan mau kita untuk bukan saja berhenti punya kemarahan yang berdosa, tetapi juga belajar untuk punya kemarahan yang suci. Di dalam Alkitab kita menemukan kemarahan suci ini muncul waktu Allah menentang dan menghukum dosa, khususnya dosa umat-Nya sendiri. Bagaimana Tuhan dapat mulai menolong kita? Robert Jones di dalam bukunya “Uprooting Anger” memberikan 4 pertanyaan yang dapat kita tanyakan pada diri sendiri, atau kepada orang lain yang sedah marah:

  • Apa yang terjadi? Dengan siapa, terhadap apa, di mana dan kapan kita marah?
  • Bagaimana reaksiku? Perasaan apa muncul? Perkataan yang terucapkan? Tindakan apa kita tunjukkan?
  • Apa yang aku inginkan? Kita tahu bahwa keinginan terdalam kita dengan menanyakan: Apakah ini sesuatu yang aku pikirkan tanpa henti? Apakah aku rela berbuat dosa untuk mendapatkannya? Dan, kalau aku tidak mendapatkannya apakah aku bereaksi dengan melakukan dosa? Keinginan terdalam kita seringkali menyingkapkan berhala hati apa yang kita sedang kejar atau sembah.
  • Apa yang Tuhan inginkan? Bagaimana Tuhan mau kita menghadapi situasi ini saat ini, atau kalau sampai terulang lagi? Reaksi dan keinginan apa yang tidak sesuai dengan karakter dan perintah Tuhan?