SUNDAY SERVICE: 9:30AM English; 11:00AM Indonesian

Sengsara Membawa Nikmat

Manakah dari dua pernyataan berikut yang lebih dekat menyatakan pilihan isi hati Anda? 

  1. Saudara-saudaraku, anggaplah sebuah kegilaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa imanmu seharusnya membuat kamu kebal dari kesulitan.
  2. Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan.

Kalau kita jujur, mungkin kecenderungan hati kita lebih mengarah ke yang pertama. Tapi Alkitab mengajarkan bahwa kesulitan di dalam Kristus perlu kita lihat bukan sebagai kegilaan, melainkan kebahagiaan. Masalah kesehatan, finansial, relasi suami-istri, diskriminasi di tempat kerja, konflik di gereja, dikecewakan orang, dan seterusnya perlu kita lihat sebagai sebuah sukacita. 

Tentu sukacita disini bukan sebuah emosi sesaat yang mendadak muncul, lalu lenyap. Sukacita yang dimaksud Yakobus adalah sukacita yang lebih permanen, yang subversif, yang anti-mainstream. Derek Tidball mendefinisikannnya sebagai berikut: “an unnatural reaction of deep, steady and unadulterated thankful trust in God.”

Pertama, kita perlu perhatikan bahwa bukan kesulitan hidup itu sendiri yang menghasilkan ketekunan. Yang menghasilkan kekuatan untuk bertahan adalah respon iman kita. Kalau kesulitan kita hadapi dengan respon ketidakpercayaan (bukan iman), yaitu dengan keluhan dan kemarahan, maka kesulitan pasti menghasilkan kekecewaan dan kepahitan. Kita perlu meresponi kesulitan dengan iman, yaitu bahwa Tuhan Allah sedang membentuk Kristus di dalam diri kita. Inilah alasan mengapa kita dapat menganggap kesulitan sebuah sukacita. 

Kedua, kesulitan hidup itu sendiri tidak membangun iman, tapi menguji iman kita. Penderitaan memaparkan kepada kita kualitas iman yang kita miliki. Bukan karena Allah tidak tahu iman yang kita miliki, tetapi kita yang seringkali tidak sadar betapa rapuh iman kita sampai kesulitan mengetuk pintu hidup kita. Kesulitan hidup menguji apakah pengakuan iman kita hari Minggu adalah juga realita iman kita sehari-hari.

Untuk membentuk Kristus dalam diri kita, dibutuhkan sekolah penderitaan yang kita mau tidak mau kita pasti akan terdaftar. Tidak ada cara lain. Kristus tidak akan terbentuk hanya beribadah di gereja setiap hari Minggu, atau bahkan ikut KTB, dan seterusnya. Semua itu penting, namun tidak cukup.

Pertanyaannya akhir bagi kita bukan apakah Anda mau masuk sekolah penderitaan Allah, karena toh hidup di dunia yang sudah jatuh ini pasti ada penderitaan. Pertanyaannya adalah, apakah kita mau menganggapnya sebagai sebuah sukacita karena Kepala Sekolah Penderitaan tersebut adalah Allah yang kuasa dan kasih-Nya memastikan bahwa penderitaan kita memiliki makna dan tujuan yang berarti.