SUNDAY SERVICE: 9:30AM English; 11:00AM Indonesian

Seni Mengaku Dosa yang Terhilang

Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh (Yakobus 5:16)

Halangan terbesar untuk kita mengaku dosa terhadap satu sama lain adalah rasa gengsi. Gengsi adalah ketakutan kehilangan muka karena orang tahu siapa kita sebenarnya. Kita tidak mau mengakui dosa kita (“Gengsi dong!”) – kita lebih suka mengakui dosa orang lain kepada orang lain. Dan kita cuek dengan nasihat firman Tuhan untuk ‘saling mengaku dosa’.

Yang dimaksud Yakobus bukan Anda mengaku dosa kepada Tuhan (meski itu perlu), tetapi terhadap seorang saudara seiman. Yang dimaksud juga bukan Anda mengakui dosa di hadapan Allah dan ada 1-2 orang lain yang mendengarnya. Tetapi Anda mengakui dosa di hadapan seorang saudara seiman dan meminta orang tersebut untuk berdoa untuk Anda di hadapan Allah. 

Mengapa kita perlu mengakui dosa satu sama lain? Karena pengakuan dosa melemahkan kuasa dosa. Si Jahat akan terus mengikat kita dengan dosa tertentu selama kita menyembunyikan dosa tersebut dari orang lain. 

Dalam karya klasiknya Live Together, Dietrich Bonhoffer menulis, “Dosa ingin sendirian dengan kita. Ia merebut kita dari komunitas. Semakin kita sendirian, semakin destruktif kuasa dosa atas kita. Dalam kegelapan, yang kita berani akui meracuni seluruh keberadaan diri kita. Ini dapat terjadi dalam sebuah komunitas rohani. Namun saat kita mengaku dosa, cahaya Injil menembus kegelapan tersebut dan membuka pintu hati kita. Dan dosa pun ditelanjangi oleh cahaya tersebut. Saat pengakuan dosa dilakukan di hadapan seorang Kristen, pertahanan diri kita yang terakhir untuk membenarkan diri dihancurkan. Si pendosa menyerah, memberikan hatinya kepada Allah dan menerima pengampunan atas seluruh dosanya di hadapan Kristus dan orang Kristen. Dosa kehilangan kuasanya.”

Bagaimana kita mengakui dosa kita? Pengakuan dosa perlu spefisik dan menyeluruh. Anda berdosa secara spesifik, Anda perlu akui itu secara spesifik juga. Tidak cukup berkata, “Saya telah bersalah. Maafkan saya.” Anda perlu spesifik, “Saya iri hati terhadap engkau, dan telah mengatakan hal yang negatif tentang engkau kepada orang lain selama setahun ini.” 

Kedua, pengakuan dosa juga perlu dilakukan terhadap orang yang kepadanya kita telah berdosa. Kita lebih memilih hanya mengaku dosa kepada Allah, meski kita tahu kita juga berdosa kepada sesama kita. Dalam hal ini, pengakuan dosa kita kepada Allah hanyalah excuse, pembenaran diri kita untuk tidak mengaku dosa kepada orang tersebut.

Kalau kita berdosa terhadap tubuh Kristus, kita perlu akui dosa tersebut di hadapan gereja. Misal, Anda tidak pernah berdoa, tidak peduli orang lain, selalu mengkritik pemimpin, akui itu di hadapan jemaat bahwa Anda telah menjadi penghalang bagi kemajuan kerohanian seluruh komunitas gereja.

Tanda manusia itu berdosa adalah ia tidak sadar bahwa ia berdosa, tulis bapa gereja Martin Luther. Adalah anugerah jika kita sadar akan dosa kita. Adalah anugerah jika kita berani mengakui dosa kita. Sebagaimana kebangunan rohani yang terjadi di Kisah Rasul 19:17-20, sejarah gereja menunjukkan bahwa setiap kali ada kebangunan rohani, kesadaran akan dosa dan pengakuan dosa yang sejati terjadi secara masal. Mari kita memohon anugerah Allah untuk berani mengaku dosa agar Ia melawat dan menyembuhkan kita dan umat-Nya