SUNDAY SERVICE: 9:30AM English; 11:00AM Indonesian

Sola Scriptura

“Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik.”  (2 Tim 3:16-17)

Ayat-ayat di atas seringkali menjadi fondasi pemaparan bagi ajaran tentang pengilhaman (inspiration) Alkitab dari Allah kepada manusia. Di dalam bahasa aslinya, istilah ‘diilhamkan Allah’ berasal dari kata ‘dinafaskan keluar oleh Allah’. Artinya ada pengaruh khusus yang Allah berikan kepada para penulis Alkitab, sehingga apa pun yang mereka tuliskan adalah apa yang Ia mau sampaikan kepada manusia. Setiap 66 buku di dalam Alkitab diilhamkan oleh Allah yang sama dengan satu tujuan sebagai bentuk final penyataan tentang diri-Nya serta rencana keselamatan yang Ia kerjakan di dalam sejarah manusia.

Natur Allah yang sempurna membuat Alkitab tidak mungkin membuat pernyataan yang berlawanan dengan kenyataan atau kebenaran. Ini yang seringkali disebut dengan inerrancy. Artinya, kalau Alkitab mencatat bahwa nabi Yunus berada di dalam perut ikan selama tiga hari, maka konteks sejarahnya menunjukkan bahwa hal itu benar-benar terjadi.

Pada saat yang sama juga, itu menunjukkan bahwa Alkitab tidak mungkin membuat pernyataan yang menyesatkan. Ini yang dikenal dengan istilah infallibility. Dengan kata lain, Alkitab dapat sepenuhnya dipercaya dan diandalkan oleh pembacanya. Artinya, bukan saja peristiwa nabi Yunus terjadi, tetapi juga ada pelajaran bermanfaat dari peristiwa ini yang dapat memperdalam iman kita kepada Tuhan serta memimpin kita pada keselamatan yang Ia berikan.

Slogan ‘Sola Scriptura’ mengatakan bahwa Alkitab adalah sumber otoritas tertinggi untuk mengukur serta menentukan kebenaran. Sumber otoritas tidak terletak pada gereja, atau sekelompok orang pintar, apalagi grup elit tertentu. Ini bukan berarti kita mengabaikan tradisi atau perkembangan iman Kristen di dalam sejarah—justru dengan menjadikan Alkitab sebagai otoritas tertinggi, kita menaruh segala bentuk katekismus dan pengakuan iman pada tempat semestinya. Presbyterian Church of Victoria misalnya memegang Westminster Confession of Faith  (terbit di abad ke-17) sebagai subordinate standard – artinya, apa yang WCF paparkan secara umum menyimpulkan secara akurat apa yang Akitab katakan. Itu sebabnya kita dapat mengamini serta mengajarkan New City Catechism, yang baru diformulasikan beberapa tahun yang lalu, karena keselarasannya dengan katekismus dan pengakuan iman lainnya sepanjang sejarah.

Pemaparan singkat ini sekedar untuk mendorong anda untuk kembali melihat Alkitab yang anda miliki. Di dalam buku suci inilah Allah memutuskan untuk menyatakan tentang diri-Nya kepada gereja-Nya di sepanjang sejarah. Tidak terhitung jumlah pemimpin dan teolog Kristen serta jemaat gereja yang telah membuktikan sendiri kuasa Firman Tuhan. Kemiskinan kita dalam membaca, mempelajari, apalagi mengaplikasikan Alkitab lebih menunjukkan masalah hati kita daripada masalahnya Alkitab.

Mari kita jadikan sisa tahun 2017 ini sebagai bulan-bulan dimana kita mendalami cinta kita kepada Tuhan, dengan semakin mendalami Firman-Nya!