SUNDAY SERVICE: 9:30AM English; 11:00AM Indonesian

Tujuh Pelajaran tentang Panggilan Allah

  1. Allah memanggil kita bukan karena kita layak, tetapi karena Dia layak.
    Abraham adalah penyembah berhala, Yakub seorang penipu, Yusuf dimanja sejak kecil, Musa seorang pembunuh yang melarikan diri. Mereka dipanggil bukan karena mereka rohani, saleh, bermoral, dst. Tapi karena Allah memiliki kelayakan sempurna, Ia berhak memanggil siapa yang Ia kehendaki. Ia Allah yang setia terhadap perjanjian anugerah yang Ia buat dengan Abraham. Kita dipanggil bukan karena kita layak, tapi justru panggilan Allah yang melayakkan kita.
  2. Allah mengatur setiap peristiwa hidup kita untuk mempersiapkan kita meresponi panggilan Allah.
    Musa tidak dipanggil saat ia masih gagah perkasa di usia prima dibawah 40 tahun. Ia dipanggil keluar dari masa pensiun saat dia berusia 80 tahun! Kalau dia dipanggil di usia 40 tahun, mungkin dia naif berpikir bahwa dia pasti bisa – toh dia berani melawan mandor Mesir dan membunuhnya. Untuk mengikis kesombongan dan kecerobohannya, Musa harus menjadi gembala domba kambing selama 40 tahun. Domba adalah binatang yang paling bodoh, mudah tersesat, dan tidak bisa membela diri. Bangsa Israel pun sama. Kesabaran dan bijaksana Musa me-manage domba akan menjadi bekal kepemimpinan untuk me-manage dua juta lebih orang Israel yang tegar tengkuk. Tidak heran Musa pula yang dipilih Tuhan menulis lima buku pertama di Perjanjian Lama.
  3. Kita tidak menangkap panggilan Allah karena kita tidak dengar-dengaran terhadap suara-Nya.
    Untuk memanggil Musa, Allah membawanya keluar dari rutinitas hidupnya dengan semak yang menyala. Lalu dicatat, ‘Ketika dilihat TUHAN, bahwa Musa menyimpang untuk memeriksanya, berserulah Allah’ (Kel 3:4). Allah tidak bicara kepada Musa sampai perhatian Musa diarahkan kepada Allah. Adakah semak belukar yang Allah berikan dalam hidup kita namun kita tidak pedulikan, karena kita terlalu pusing dengan rutinitas hidup kita sendiri?
  4. Kalau kita berpikir bahwa kita lebih dari mampu untuk melaksanakan panggilan Allah, kemungkinan besar bukan Allah yang kita dengar.
    Jika Allah memanggil hamba-Nya untuk sebuah misi, Ia tidak akan berbagi kemuliaan-Nya dengan orang tersebut. Itu sebab untuk menggenapi panggilan Allah, selalu butuh lebih dari kapasitas manusia. Lima kali Musa bernegosiasi menyatakan ketidakmampuannya (‘saya bukan orang yang tepat, saya tidak tahu banyak, saya tidak akan berhasil, saya tidak bisa, saya tidak bersedia). Jangan coba nego dengan Allah, karena justru saat Anda merasa tidak mampu, Allah memampukan. Saat Anda lemah, kekuatan Allah nyata.
  5. Kita tidak akan dapat mentaati panggilan Allah tanpa mengenal Allah yang memanggil.
    Banyak orang Kristen kerja keras dalam pekerjaan Allah tanpa melibatkan Allah. Hal tersebut tidak akan membangun, tapi merusak kerajaan Allah karena fokusnya menjadi kerajaan pribadi. Setan tidak pernah kuatir kalau orang Kristen mau pelayanan, selama orang tersebut tidak dekat dengan Allah yang ia layani. Itu sebab waktu Musa bertanya, ‘Siapakah aku ini?’, Tuhan tidak menjawab, namun memperkenalkan diri sebagai Allah Abraham, Ishak, dan Yakub. Mengapa? Sebab kalau saya ingin berkarya bagi Allah, yang penting bukan siapa saya, tetapi siapa Tuhan yang saya layani.
  6. Meski kita jatuh bangun saat melakukan panggilan Allah, kita tidak binasa karena Kristus.
    Mengapa Musa tidak binasa meski berusaha lima kali mengelak panggilan Allah? Karena ada malaikat TUHAN, yaitu Kristus sendiri yang muncul pra-inkarnasi. Lihat betapa sabar dan lembut Allah yang maha-kuasa terhadap hamba-Nya yang maha-kuatir tersebut! Semak belukar itu merujuk kepada Kristus. Hidup kita yang masih diwarnai dosa tidak hangus terbakar karena Kristus menanggung dosa kita diatas kayu salib, mendamaikan kita dengan Allah yang suci.
  7. Panggilan Allah akan mentransformasi pikiran, prioritas, dan perbuatan kita. 
    Panggilan Allah menjadikan kita semak yang terbakar tersebut. Kemuliaan Allah yang nampak dalam semak belukar, yaitu Yesus Kristus, sekarang ada dalam diri kita sehingga kita dapat membara dengan kekudusan, keindahan, dan kemuliaan Allah. Ke dalam hidup kita yang penuh keraguan, kelemahan, dan dosa, Allah memberi kita kepastian, kekuatan, dan kesucian di dalam Kristus untuk pergi mewakili Dia ke dunia. Tidak ada satu area pun dalam hidup kita yang tak akan tersentuh dan diubahkan karenanya.