SUNDAY SERVICE: 9:30AM English; 11:00AM Indonesian

Why the World Can't Give You the Meaningful Life (1)

July 25, 2010 Speaker: Prof Sen Sendjaya Series: 1 Corinthians : Redeeming God's Wonderful Mess

Topic: Sunday Sermon / Kotbah Minggu Passage: 1 Corinthians 7:12–7:24

Why the World Can’t Give You the Meaningful Life (part 1) [1 Kor 7:17-24]

Kotbah: Dr Sen Sendjaya

 

Apa yang dapat membuat hidup ini bermakna? Apakah selama ini hidup kita sebagai orang Kristen berbeda dari hidup orang lain yang tidak percaya? Adakah dari antara kita yang bosan dengan rutinitas pekerjaan? Khotbah minggu ini berfokus pada konsep panggilan Tuhan yang dapat menolong kita untuk memiliki hidup yang berarti, yang tidak bisa dunia berikan.

 

Tema besar dari perikop ini adalah ‘hidup seperti yang telah ditentukan Tuhan baginya dan dalam keadaan seperti waktu ia dipanggil Allah (ay 17)’. Dalam bahasa Inggris, ayat ini mengandung 2 kata ‘called’ (‘lead the life that the Lord has assigned [called] to him, and to which God has called him’). Kata ‘called’ yang muncul pertama merupakan panggilan untuk bertobat dan percaya kepada Tuhan. Kata ‘called’ yang kedua adalah panggilan dalam status kita saat bertobat (vocation). Paulus memberi dua contoh untuk menjelaskan hal ini: sunat & perbudakan. Pada jaman tersebut, sunat & perbudakan membuat perbedaan spiritual& sosial di kalangan masyarakat. Jemaat Korintus lantas bingung tentang apa yang terjadi dengan status mereka setelah mereka bertobat. Paulus mengingatkan bahwa di dalam Tuhan, tak ada lagi perbedaan status sosial and spiritual, sehingga yang bersunat tidak perlu meniadakan sunatnya dan yang tak bersunat tidak perlu disunat (ay 18).

 

Banyak yang berpikir bahwa setelah bertobat, seseorang Kristen harus berubah secara eksternal. Seorang Kristen konservatif berpikir bahwa profesi rohani adalah profesi yang dilakukan di gereja, ataupun profesi yang mengkontribusikan sesuatu yang baik pada orang lain. Nyatanya di dalam Alkitab, banyak orang yang dipanggil Tuhan tetapi bukan untuk menjadi penginjil. Lidia sang pengusaha garmen, Nehemia sang project manager, Ester sang pemenang kontes kecantikan Persia. Panggilan Tuhan bukanlah supaya kita berganti profesi, melainkan mengintegrasikan iman kita lewat profesi kita, di mana talenta kita dipakai bukan lagi untuk menyenangkan diri sendiri tetapi Tuhan. Pekerjaan kita bukan hanya sekedar untuk menyabung hidup, tetapi merupakan sebuah panggilan yang sudah Tuhan tetapkan. Kita bekerja bukan untuk uang, tetapi untuk mengasihi Tuhan dan sesama.

 

Dalam terjemahan bahasa Inggris, ayat 24 menekankan poin di atas: “in whatever condition each was called, there let him remain with God.” Kita diingatkan bahwa sekarang kita menjalankan profesi kita bersama Tuhan, sehingga prioritas kerja kita adalah untuk dan bersama Kristus, bukan lagi untuk diri kita sendiri. Bagaimana dengan orang liberal yang bekerja untuk diri sendiri? Paulus berkata di ayat 23:’Kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar.’ Hidup ini bukan lagi milik kita, tetapi milik Tuhan.

 

Apakah kita sudah mengintegrasikan Injil ke dalam profesi kita? Apakah kita sudah memuliakan Tuhan dan mengasihi sesama bukan hanya di gereja, tetapi juga melalui profesi kita setiap hari?                                                                                                  (Emmy)

More in 1 Corinthians : Redeeming God's Wonderful Mess

January 7, 2018

The Time is Short

December 20, 2010

Love Never Ends

December 12, 2010

Faith Minus Love Equals Nothing