SUNDAY SERVICE: 9:30AM English; 11:00AM Indonesian

Becoming All Things To All People

September 5, 2010 Speaker: Prof Sen Sendjaya Series: 1 Corinthians : Redeeming God's Wonderful Mess

Topic: Sunday Sermon / Kotbah Minggu Passage: 1 Corinthians 9:19–9:23

Becoming all things to all people

 (1 Kor 9:19-23)

Kotbah: Dr. Sen Sendjaya

 

Khotbah ini merupakan kelanjutan dari kotbah 2 minggu terakhir yang membahas 1 Kor 8-9. Allah memberikan manusia ciptaan-Nya dua hal:

  • Moral absolutes: Perintah yang diberikan Tuhan dari generasi ke generasi supaya kita tetap dapat hidup bahagia dan damai sejahtera di dalam Tuhan, misal 10 perintah Allah, larangan thd percabulan (1 Kor 6)
  • Freedom: Kebebasan bagi kita untuk mengambil keputusan. Contoh: 1 Kor 8 (makan makanan yang dipersembahkan kepada berhala), dansa, minum alkohol. Dalam hal ini, Allah tidak melarang, namun seringkali manusia yang menjadikan hal tersebut sebagai hukum. Semua dijadikan mutlak oleh manusia karena pemahaman yang salah tentang 1 Kor 8-9.

Intinya, mari kita tidak memutlakkan hal yg tidak mutlak & tidak merelatifkan hal yg mutlak yg Allah tetapkan.

 

Bagaimana prinsip menggunakan kebebasan/hak? (1 Kor 9:19)

Saya berhak menggunakan kebebasan/hak saya tetapi demi memenangkan sebanyak mungkin orang bagi Kristus Yesus, dengan kasih yang rela berkorban saya menyesuaikan diri dalam hal kultural tanpa berkompromi dalam hal moral dan hal doktrinal.

 

Bagaimana kita dapat menyesuaikan diri dalam hal kultural tanpa berkompromi dalam hal moral dan doktrinal? (1 Kor 9: 20-22)

Paulus tidak seperti bunglon, tapi justru selalu konsisten dengan prinsip yang dipegangnya dalam 1 Kor 9:19. Contoh kasus dalam 1 Kor 9:20-22 sebagai berikut:

 

Ayat 20: Bagi orang Yahudi/hidup di bawah hukum Taurat pada zaman Paulus, sikap Paulus: meminta Timotius untuk bersunat karena dia akan melayani orang Yahudi (Kis 16:3), Paulus juga mentahirkan diri dengan 4 orang bernazar di Bait Allah (Kis 21:26). Kesediaan Paulus adalah contoh untuk menjadi segala-galanya bagi semua orang demi Injil Yesus Kristus. Pada zaman sekarang, juga terdapat banyak agama-agama (Islam, Hindu, Bahai, Budha, dst). Sama seperti Paulus, kita hendaknya menjadi seperti orang beragama tersebut tanpa berkompromi dalam hal moral dan doktrinal. Contoh: dalam kasus memegang hio, orang Kristen tidak ada masalah dalam memegang hio, namun harus berdoa kepada Yesus Kristus bukan kepada arwah nenek moyang. Ayat 20 juga menyebutkan bahwa Paulus berusaha untuk memenangkan orang Yahudi dan orang yang berada di dalam hukum Taurat. Dalam konteks kita sekarang, hal ini berarti bahwa kita hendaknya berusaha membawa orang-orang yang masih hidup beragama (Islam, Hindu, Bahai, Budha, dst) kepada Yesus Kristus. Isu disini bukan masalah toleransi namun memenangkan sebanyak mungkin orang.

 

Ayat 21: Bagi orang yang tidak dibawah hukum Taurat pada zaman Paulus, sikap Paulus: menolak tekanan orang Yahudi untuk menyunatkan Titus (Gal 2:3). Jika sunat diberlakukan terhadap Titus, berarti sunat dilakukan untuk mencapai keselamatan. Hal ini tidak benar karena menghancurkan eksklusivitas salib Kristus. Pada zaman sekarang, juga banyak terdapat orang ateis, agnostik, skeptis dan komunis yang sama sekali tidak mengerti Alkitab/gereja. Untuk memenangkan mereka, kita dapat bersikap seperti Hudson Taylor untuk berpenampilan seperti mereka, berusaha mengerti film, lagu, musik yang sedang populer untuk mengerti yang mereka pikirkan. Kita juga dapat melakukan EE atau PI persahabatan untuk mencoba mengerti kebutuhan mereka.

 

Ayat 22: Bagi orang yang lemah iman pada zaman Paulus, sikap Paulus: tidak makan daging demi iman orang percaya baru. Pada zaman sekarang, kita perlu menyesuaikan dalam bersikap agar tidak menyinggung orang percaya baru. Kebaktian gereja (waktu, musik, terjemahan Alkitab dan doa) perlu disesuaikan agar orang yang belum mengenal Injil mau datang kepada Yesus Kristus.

Perlu diperhatikan bahwa Injil menembus dan berakomodasi dengan kultur karena Kristus, Allah yang menjadi manusia, telah menembus kultur manusia. Injil sangat berbeda dengan agama yang tidak mampu menembus kultur. Kita hendaknya bersikap fleksibel untuk memenangkan orang demi Kristus.

 

Mengapa kita harus belajar memiliki strategi hidup seperti Paulus? (1 Kor 11:1). Sama seperti Paulus, kita adalah pengikut Kristus yang menjadi segala-galanya untuk semua orang demi Yesus Kristus. Allah memakai kita untuk menyelamatkan orang lain hanya jika kita bersedia untuk mengakomodasi budaya orang lain. Kemuliaan Yesus adalah kemenangan kita, kita bisa menang karena Yesus di dalam kita.

                                                                                                               (Aditya)  

 

                                                                                                                                                               

 

More in 1 Corinthians : Redeeming God's Wonderful Mess

January 7, 2018

The Time is Short

December 20, 2010

Love Never Ends

December 12, 2010

Faith Minus Love Equals Nothing