SUNDAY SERVICE: 9:30AM English; 11:00AM Indonesian

Roles of Men and Women

October 17, 2010 Speaker: Prof Sen Sendjaya Series: 1 Corinthians : Redeeming God's Wonderful Mess

Topic: Sunday Sermon / Kotbah Minggu Passage: 1 Corinthians 11:2–11:16

Peran Pria dan Wanita (1 Kor 11:2-16)

Kotbah: Dr. Sen Sendjaya

 

Khotbah hari ini merupakan rangkaian khotbah beberapa minggu lalu yang membahas 1 Kor 8-10 mengenai etika untuk hidup benar yang mencakup aspek good (kebaikan orang lain), Gospel (tingkah laku tidak menghalangi Injil), Godliness (membangun iman) dan glory (segala sesuatu untuk kemuliaan Allah). Untuk memuliakan Allah, dalam hidup berjemaat kita seharusnya jangan menjadi batu sandungan bagi orang lain (1 Kor 10:31-32). Amanat teks 1 Kor 11:2-16 adalah penciptaan dan Trinitas menjadi dasar relasi pria dan wanita yang pemahamannya dinyatakan oleh wanita melalui penampilannya di gereja.

1. Masalah

Masalah disini adalah wanita tidak memakai tudung kepada dalam ibadah yang adalah tanda harga diri dan tunduk pada suami. Tudung kepala yang dimaksud bukan veil namun headcover agar rambut tidak terurai ke belakang. Tidak mengenakan tudung kepala berarti tidak menghargai, tidak peduli atau menarik pria lain. Ayat 6 menyatakan bahwa jika wanita tidak mau menudungi kepalanya, maka ia seharusnya menggunting rambutnya yang merupakan penghinaan akan identitas perempuan. Hal ini karena pada zaman tersebut di Korintus banyak pelacur dan nabiah palsu yang membiarkan rambut terurai atau sangat pendek. Paulus bukan seorang chauvinist, dia memberikan liberation kepada wanita untuk berdoa dan bernubuat (ayat 5). Dalam kultur Yahudi, wanita dianggap rendah dan tidak diijinkan memimpin acara publik. Yang ingin Paulus sampaikan adalah wanita jangan membiarkan rambut terurai pada saat berdoa dan bernubuat karena hal itu dapat menjadikan batu sandungan bagi orang yang belum percaya. Mereka dapat berpandangan bahwa wanita Kristen tidak berbeda dengan para pelacur yang berada di kuil-kuil.

2. Prinsip Pria dan wanita sama dalam esensi/dignitas namun berbeda dalam peran. Ada tida pandangan yang ada mengenai hubungan pria dan wanita yakni chauvinisme (wanita berada dalam posisi yang lemah), progresif (pria bertindak semena-mena, maka perlu emansipasi melawan pria) dan komplementer (pria dan wanita sama dalam esensi/dignitas namun berbeda dalam peran).

a. Penciptaan (1 Kor 11:8-9, 11-12) Baik pria dan wanita diberi mandat yang sama (Kej 1:28) adalah pewaris kasih karunia (1 Pet 3:7) dan keduanya berasal dari Allah (1 Kor 11:12). Wanita diciptakan sebagai penolong yang sepadan (Kej 2:18).  1 Kor 11:8-12 menyebutkan bahwa Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam, namun semua laki-laki setelah Adam lahir dari wanita, semua berasal dari Allah. Wanita diciptakan sebagai penolong yang sepadan, hal ini tidak berarti wanita inferior daripada pria. Wanita sebagai penolong berarti wanita memiliki kekuatan lebih dalam menggenapi rencana bagi pria dan wanita. Roh Kudus juga disebut sebagai Penolong (parakletos) karena memiliki strength yang melampaui kita.  Topik perbedaan pria dan wanita muncul karena dosa (Kej 3:16). Sebelum kejatuhan manusia kedalam dosa, wanita adalah penolong yang sepadan bagi pria dan pria adalah kepala yang melayani/berkorban. Karena kutukan dosa, wanita menjadi sangat bergantung kepada pria dan pria bertindak tiran/abusif. Akibat dosa, pria mendominasi atau wanita menjadi kepala. Dapat dilihat bahwa karena dosa, kita perlu berjuang dalam hal equality. Demokrasi menjadi perlu untuk mencegah tiran. Persamaan derajat baik karena adanya penyakit yaitu dosa. Tanpa hal tersebut, dapat terjadi tiran. Tempat dimana pria dan wanita dapat menjalankan peran dengan benar adalah gereja dan pernikahan. Dalam pernikahan, pria dan wanita adalah sederajat dan mengambil keputusan secara konsensus. Namun, bila tidak tercapai kata sepakat, Efesus 5 menjadi pegangan bahwa pria mengambil keputusan dan wanita mendukung keputusan tersebut. Dengan hal ini, percekcokan antara pria dan wanita dapat dihindarkan. Dalam kehidupan gereja, wanita dapat menjadi diaken dan pemimpin dalam berbagai bidang pelayanan (sekolah minggu, kelompok kecil, musik, dst). Dalam perjanjian baru, banyak tokoh wanita yang menjadi pemimpin, misalnya: Tabita, Euodia, Sintikhe dan Priscilla (yang mengajar Apolos). Namun, dalam kehidupan bergereja, wanita tidak dapat menjadi elder, hal ini bukan karena pria lebih rohani daripada wanita, namun ini adalah desain Allah yang membedakan pria dan wanita. Dalam kehidupan bergereja dan pernikahan, perbedaan gender harus dihidupkan agar desain Allah dapat berjalan dengan semestinya.

b. Trinitarian (1 Kor 11:3) Relasi pria dan wanita aalah refleksi dari Allah Tri Tunggal. Yang menjadi kunci dari perikop ini adalah 1 Kor 11:3 yang menyebutkan bahwa kepala dari tiap laki-laki adalah Kristus, kepala dari perempuan ialah laki-laki dan kepala dari Kristus adalah Allah. Wanita tidak inferior terhadap pria, seperti halnya Kristus tidak inferior terhadap Allah Bapa tetapi subordinate Himself sesuai dengan Filipi 2 yang menyatakan bahwa tidak menganggap kesetaraan dengan Allah sebagai milik yang harus dipertahankan namun taat sampai mati bahkan mati di kayu salib. Dari struktur kalimat Paulus dalam 1 Kor 11:3, dapat diamati bahwa wanita tidak inferior terhadap pria. Marilah kita menjadi seperti Kristus, pria melayani wanita seperti Kristus yang berkorban. Demikian pula wanita melakukan hal yang sama untuk menggenapkan desain Allah.

3. Aplikasi

Bagi pria dan wanita single, hendaknya mengerti hal ini sebelum menikah serta saling menghormati dan mengambil pelayanan dalam kehidupan bergereja (kecuali eldership untuk wanita). Bagi suami dan istri, rendahkanlah diri seorang terhadap yang lain, bila tidak terjadi kata sepakat, pria mengambil keputusan dan istri mengafirmasi. Bagi seluruh pria dan wanita, hendaknya jangan menjadi batu sandungan bagi orang belum percaya, namun menjadi berkat. Dengan melihat relasi antara pria dan wanita seharusnya nyata relasi Allah Tri Tunggal.  (Aditya)

More in 1 Corinthians : Redeeming God's Wonderful Mess

January 7, 2018

The Time is Short

December 20, 2010

Love Never Ends

December 12, 2010

Faith Minus Love Equals Nothing