SUNDAY SERVICE: 9:30AM English; 11:00AM Indonesian

Come to the Lord's Table

December 5, 2010 Speaker: Prof Sen Sendjaya Series: 1 Corinthians : Redeeming God's Wonderful Mess

Topic: Sunday Sermon / Kotbah Minggu Passage: 1 Corinthians 11:17–11:34

Come to the Lord’s Table (1 Kor 11:17-34)  
Kotbah: Dr. Sen Sendjaya

 

Paulus menegur jemaat di Korintus karena kondisi jemaat yang semakin buruk justru setelah pertemuan ibadah mereka (ayat 17), khususnya terkait dengan sakramen perjamuan kudus. Perjamuan Kudus mempunyai tiga tujuan:

1. Membawa kembali masuk kepada keluarga Kristus

Perjamuan Kudus dimulai pada perjamuan malam yg Yesus adakan sebelum Ia naik ke atas salib. Dalam Kel 12, bangsa Israel diminta mengambil anak domba jantan, menyilangkan darah domba di depan rumah agar anak sulung orang Israel tidak dimusnahkan Allah. Sejak itu, orang Israel  memiliki tradisi keluarga yaitu perjamuan Paskah utk mengingat Allah yang membebaskan mereka dari perbudakan Mesir. Ini semua menunjuk kepada Yesus, Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia. Menarik bahwa dalam tradisi Yahudi, makan dilakukan dengan keluarga masing-masing, namun Yesus makan bersama-sama bukan dgn keluargaNya, namun dengan murid-muridNya. Mengapa? Karena Ia menjadikan mereka anggota keluarga Allah. Setiap orang percaya adalah anggota keluarga Allah, itu sebab kita berbagian dalam perjamuan kudus hari ini. Itu sebabnya Paulus marah melihat jemaat Korintus yang mengalami perpecahan justru saat perjamuan kudus. Orang kaya datang lebih awal ke perjamuan kasih, makan sepuasnya dan mabuk sehingga saat orang miskin datang makanan sudah habis, kelaparan. Gereja Korintus pecah akibat adanya perbedaan status sosial. Perjamuan Kudus adalah tanda otentik we come together sbg keluarga Allah. Kita makan bersama sbg umat Allah utk mengingat Allah sudah melepas kita dari perbudakan dosa dalam Yesus Kristus.

2. Memperbarui kasih kita kepada Kristus

Pertama, ingat (ay 23-24). Iman Kristen dibangun atas dasar fakta historis bahwa Kristus benar-benar hadir dalam daging, hidup di tengah-tengah manusia, mati dan bangkit 2000 tahun yang lalu. Kristus sungguh-sungguh mati disalib untuk menggantikan orang-orang berdosa sehingga setiap orang yang percaya kepada Kristus dibebaskan dari murka Allah. Fakta historis ini yg kita perlu ingat saat menerima perjamuan kudus. Namun, Perjamuan Kudus tidak sekedar mengingat hal tersebut, yang lebih penting adalah kita berbagian dalam tubuh dan darah Kristus. Ada 4 pandangan tentang Perjamuan Kudus: transubstantiation (oleh Roma Katolik, dalam Perjamuan Kudus esensi roti dan anggur diubah secara mujizat sehingga menjadi benar-benar tubuh dan darah Kristus, pandangan ini menganggap kematian Kristus belum komplit. Namun, sebenarnya kematian Kristus terjadi sekali dalam sejarah dan cukup untuk selama-lamanya), consubstantiation (oleh Martin Luther, dalam Perjamuan Kudus Yesus hadir secara tubuh/literal dengan roti dan anggur), memorial (oleh Zwingli, Perjamuan Kudus adalah mengingat kematian Yesus di atas kayu salib), Calvinistic/Reformed (roti dan anggur tidak berubah dari tubuh dan darah Kristus, namun Perjamuan Kudus juga tidak hanya memorial). Ketika kita berbagian dalam Perjamuan Kudus, Yesus melalui Roh-Nya yang kudus hadir secara spiritual bersama-sama dengan kita sehingga kita dikuatkan. Hal ini sesuai dengan 1 Kor 10:16-18. Kita sungguh-sungguh menjadi satu dengan tubuh dan darah Kristus secara spiritual, sungguh-sungguh mengalami kematian terhadap dosa. Bandingkan dengan Heidelberg Cathecism Q-A no. 76 dan Yoh 6: 55-56. Kita makin lama makin dipersatukan dengan tubuh-Nya yang kudus oleh RohNya yang Kudus.

Kedua, ’proklamirkan’. Perjamuan Kudus bukan hanya mengingat ke belakang, namun juga mengingat ke depan bahwa ada perjamuan kawin anak domba (Mat 8:11). Ketika kita datang ke Perjamuan Kudus, kita memproklamasikan kepada dunia bahwa kita akan menghadap perjamuan kawin anak domba (Why 19:9). Namun, untuk dapat melakukan hal itu, kita harus menerima keselamatan yang Yesus berikan. Pada kesempatan kali ini, marilah kita merenungkan apakah kita telah mengalami Yesus Kristus yang mati dan menerina Dia sebagai Juru Selamat? Lord Supper is covenant renewal ceremony for those who is saved by Gospel remembers the Gospel. Iman yang abstrak menjadi real ketika kita mengecap kasih Kristus melalui Perjamuan Kudus. Alat peraga yang paling efektif untuk mendemonstrasikan kasih Kristus adalah Perjamuan Kudus.

3. Realign my belief and action in Christ

Kata ’unworthy (tidak layak)’ yang tercantum dalam 1 Kor 11:27 diperdebatkan oleh banyak orang. Ada yang menggangap hal itu berarti belum mengaku dosa, makan dengan sembarangan, dan berdosa. Sesuai dengan konteks 1 Kor 11, yang terjadi adalah jemaat Korintus tidak peduli dengan orang lain, mereka makan sebanyak-banyaknya dan mabuk-mabukan. Perjamuan Kudus adalah saat untuk memeriksa diri kita (Mat 5:23-24) Bila kita masih bermusuhan, dengan orang lain, sebaiknya jangan mengikuti Perjamuan Kudus. Tuhan tidak menuntut kita sempurna namun meminta kita untuk menyesali dosa kita. Yesus sudah mati ketika kita masih menjadi musuh. Datanglah apa adanya dan kembali kepada Tuhan. Kematian Kristus menutup segala hal yang tidak dapat kita lakukan dengan sempurna.

Kesimpulan: Michael Green dalam commentary-nya menyimpulkan bahwa dalam perjamuan kudus kita memandang ke enam arah: Look back (Christ death), look in (self examination), look up (fellowship with God), look around (fellowship with others), look forward (Christ return), look outward (proclaim Gospel to others). Allah mengundang kita untuk datang ke meja perjamuan. Bagi kita yang sudah percaya kepada Kristus, datanglah ke meja perjamuan dan ambillah roti dan anggur. Bagi yang belum percaya kepada Kristus, ambillah Kristus, berdoalah dan undanglah Kristus masuk dalam hati kita. (Aditya).

More in 1 Corinthians : Redeeming God's Wonderful Mess

January 7, 2018

The Time is Short

December 20, 2010

Love Never Ends

December 12, 2010

Faith Minus Love Equals Nothing