SUNDAY SERVICE: 9:30AM English; 11:00AM Indonesian

The Gospel and Death

February 5, 2012 Speaker: Prof Sen Sendjaya

Topic: Sunday Sermon / Kotbah Minggu Passage: 1 Corinthians 15:51–15:58

The Gospel and Death (1 Korintus 15:51-58)
oleh Dr. Sen Sendjaya

Kematian. Sebuah topik yang dianggap tabu dan paling sering dihindari. Bagi beberapa orang, kematian bahkan terasa abstrak. Sampai ada orang yang paling kita cintai meninggal dunia, barulah saat itu kita sadar bahwa kematian adalah sesuatu yang real dan personal. “Nothing is more certain than death. Take no delay in the great work of preparing for death” (Jonathan Edwards). Cepat atau lambat, jantung kita akan berhenti berdetak. Siapkah kita untuk menghadapi kematian dan bertemu Sang Pencipta?

Walaupun demikian, kematian bukanlah suatu hal yang natural. Allah tidak menciptakan kita untuk mengalami kematian. Ketidaktaatan Adam dan Hawa kepada Tuhan menyebabkan kematian yang harus ditanggung, “sebab upah dosa ialah maut” (Roma 6:23). Tetapi hal ini tidak membuat kita takut akan kematian. Lihatlah Stefanus yang dikatakan tertidur saat dilempari batu! Paulus berkata bahwa tubuh kita akan diubah dalam sekejap mata pada waktu bunyi nafiri terakhir (1 Kor 15:51), yaitu saat Kristus datang kedua kali.

Kematian itu telah mati! “Maut telah ditelan dalam kemenangan (ay 54).” Hal ini menyatakan kehancuran total dan kemenangan mutlak akan kematian. Ketika Paulus menulis “sengat maut ialah dosa dan kuasa dosa ialah hukum Taurat”, Paulus berkata bahwa dosalah yang membuat kematian itu menjadi mengerikan, lebih mengerikan daripada kematian itu sendiri. Akan tetapi tidak ada yang dapat menaklukkan kuasa dosa. Menjalankan hukum Tauratpun tidak dapat membuat kita terbebas dari maut, karena justru oleh hukum Taurat kita mengenal dosa (Roma 3:20). Hanya kuasa Injil yang dapat melepaskan kita dari jerat dosa. Kematian Kristus adalah kemenangan atas maut (1 Kor 15:57). Darah kristus telah menetralisir sengat dosa, sehingga kita dapat dibebaskan dari cengkraman dosa. “Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?” (1 Kor 15:55) Inilah kabar baik yang harus kita wartakan!

Baik kita yang masih hidup, ataupun mereka yang sudah mati, tidak akan mendapat kerajaan surga (ay 50). Akan tetapi, Allah berjanji bahwa tubuh kita akan diubahkan dengan sekejap mata (ay 52)! Kita akan mendapat tubuh baru yang sempurna. Bagi Paulus, “hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan… bersama-sama dengan Kristus itu memang jauh lebih baik (Fil 1:21),” akan tetapi yang terbaik adalah ketika kita mendapat tubuh yang baru. Kematian dan kebangkitan Kristus adalah sejarah masa depan bagi orang percaya. Sama seperti Kristus, kita akan diberikan tubuh sempurna yang memiliki darah dan dialiri daging, dapat berinteraksi, dan kita juga akan makan bersama dengan saudara seiman kita dalam perjamuan Anak Domba.

Realita akan kematian membawa dampak bagi orang-orang percaya. (1) “Berdirilah teguh, jangan goyah.” (ay 58) Orang percaya seharusnya menjadi orang yang paling tenang dalam menghadapi kematian, karena kita percaya bahwa kematian sudah ditaklukan Kristus di atas kayu salib. (2) “Giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan!” (ay 58) Iman akan kebangkitan menghasilkan semangat yang tidak terbatas dalam pekerjaan Tuhan. Pengaharapan ini lah yang membuat beberapa orang rela meninggalkan kenyamanan hidupnya dan tinggal di pedalaman menjadi misionaris untuk mengabarkan injil dengan nyawa sebagai taruhannya. Ada dua applause yang akan Tuhan berikan pada kita ketika kita di surga nanti. Pertama, applause karena kita sudah percaya Tuhan. Kedua, applause karena kita sudah menjadi hambaNya yang baik dan setia.

Bagaimana dengan Anda? Bagaimana Anda melewati hari-harimu sebelum kematian? Sudahkah Kristus menyembuhkan sengat dosa di dalam dirimu?