SUNDAY SERVICE: 9:30AM English; 11:00AM Indonesian

The Problem of Sexual Immorality

May 23, 2010 Series: 1 Corinthians : Redeeming God's Wonderful Mess

Topic: Sunday Sermon / Kotbah Minggu Passage: 1 Corinthians 5:1–5:13

The Problem of Sexual Immorality (1 Kor. 5:1-13)

Kotbah: GI Christian Tirtha

 

Rasul Paulus dengan keras mengecam dosa dan kebobrokan Jemaat Korintus. Tidak saja dosa nyata terjadi di tengah-tengah jemaat, bahkan beberapa pemimpin merasa sombong atasnya. Dan karena hal tersebut, Paulus berkeinginan mengunjungi mereka. Ada rupa-rupa dosa yang masih mereka tolerir. Paulus memperingatkan mereka untuk bertobat dari dosa yang bahkan tidak terjadi di antara bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah (ayat 1). Mengapa mereka sombong? Kenyamanan (comfort) dan kelimpahan berkat (prosperity) pada jemaat saat itu justru menjadi senjata mematikan bagi kekudusan hidup mereka.

 

Melalui 1 Kor. 5:1-13 ini ada 3 prinsip penting yang bisa kita pelajari. Pertama, latar belakang atau lingkungan kita tidak membebaskan kita dari tanggung jawab akan dosa kita. Korintus dikenal sebagai ‘free city’ pada masa itu. Segala bentuk kejahatan termasuk di dalamnya kenajisan seksual marak terjadi di tengah bangsa itu. Bahkan kata ‘Korintus’ sering dipakai untuk menunjukkan konotasi negatif atas orang atau keadaan tertentu. Sebagian Jemaat Korintus tentu pernah tumbuh dalam keluarga dan lingkungan Kota Korintus yang sedemikian. Paulus mengingatkan mereka bahwa latar belakang masyarakat Korintus yang bobrok tidak boleh dijadikan alasan untuk berbuat dosa, atau hidup dalam dosa.

 

Kedua, pengorbanan Kristus di atas kayu salib menuntut kita memiliki cara hidup tertentu. Rasul Paulus marah dan mengecam sebagian jemaat yang cuek dengan dosa yang ada dalam jemaat. Malahan mereka ‘bermegah’ atas  dosa tersebut. Mengapa bisa demikian? Konsep yang salah dan bahkan menjalar di antara para jemaat adalah: Karena Kristus sudah mati bagi kita, maka kita dapat ‘bebas’ berbuat dosa. Rasul Paulus menegaskan hal yang sebaliknya. Justu karena Kristus telah mati, maka mereka harus memiliki cara hidup menjauhi dosa (kudus) dan tidak mentoleransinya. Paulus mengingatkan domba yang disembelih dan roti yang tidak beragi pada peristiwa Paskah (Ayat 7 & 8). Ragi lama harus dibuang, dan diganti dengan ragi baru. Dan Yesus telah menjadi domba Paskah pada saat Ia disalibkan, dan karenanya kita beroleh keselamatan. Paulus juga menyampaikan konsep ‘perayaan’ (ayat 8) yang merujuk pada kehidupan baru, keluar dari dosa konteks saat itu yaitu percabulan seksual. Malahan, Paulus menekankan hidup yang dipenuhi kemurnian dan kebenaran. Bahwa keselamatan itu diberikan dengan cuma-cuma (anugerah), namun tidak berarti murah. Kita tidak saja tidak-layak menerima hal tersebut, malah seharusnya kita dihukum dan menerima murka Tuhan karena dosa kita. Karena itu, keselamatan kita harus diikuti dengan kekudusan hidup. Cara hidup kita harus berbeda untuk menunjukkan betapa berharganya pengorbanan Kristus, dan betapa kita menghormati Dia.

 

Ketiga, cara hidup kita juga mempengaruhi mampengaruhi kesehatan gereja (ayat 6). Karena anggota-anggota jemaat saling terkait satu dengan yang lain,  maka dosa yang dilakukan oleh satu atau sebagian jemaat dapat berdampak bagi jemaat lainnya. Kita adalah satu tubuh. Karenanya Rasul Paulus juga setuju mereka yang berdosa diserahkan kepada Iblis (ayat 5). Maksudnya ialah bahwa mereka diserahkan kepada dunia di luar gereja, dan diekskomunikasi untuk memberi kesempatan bagi pertobatannya. Memang tidak semua jenis dosa medapat perlakuan yang sedemikian. Dosa yang dimaksud adalah dosa yang dapat meruntuhkan reputasi dan kesaksian gereja baik secara lokal maupun keseluruhan. Hal lainnya adalah jika kita mengetahui ada dosa tertentu di antara saudara-saudara kita (dalam konteks berjemaat), kita dapat peka dan memberikan penilaian. Namun jika kita menujuk dosa saudara lain manakala kita sendiri belum beres dengan dosa tersebut maka yang terjadi adalah penghakiman yang tidak dapat dibenarkan. Sebagai jemaat yang saling mengasihi justru kita dinasihati untuk saling menilai dan menegur dosa yang dilakukan oleh saudara kita. Dengan cara demikianlah kita menyelamatkan mereka dan gereja.

                                                                (Ivan)

More in 1 Corinthians : Redeeming God's Wonderful Mess

January 7, 2018

The Time is Short

December 20, 2010

Love Never Ends

December 12, 2010

Faith Minus Love Equals Nothing