SUNDAY SERVICE: 9:30AM English; 11:00AM Indonesian

Damai Sejahtera Multidimensi

Karena Yesuslah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan yang telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu perseteruan, sebab dengan mati-Nya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya, untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru di dalam diri-Nya, dan dengan itu mengadakan damai sejahtera, dan untuk memperdamaikan keduanya, di dalam satu tubuh, dengan Allah oleh salib, dengan melenyapkan perseteruan pada salib itu. (Ef 2:14-16)

Ada seorang bapak yang datang dari latar belakang yang cukup kacau dan penuh pertengkaran. Setelah sekian lama bergumul, jatuh bangun mencari arti hidup, ada orang yang mengajak dia ke gereja. Ia mulai perlahan tertarik sampai akhirnya percaya dan menjadi pengikut Yesus yang setia. Beberapa tahun kemudian waktu ia mengisahkan mengapa ia bisa mulai ke gereja sampai kemudian menjadi orang Kristen, ia berkata, "Dulu sebelum kenal Kristus, kemana pun saya pergi, apa pun yang saya lakukan atau kejar, mau saya sukses atau hancur-hancuran, saya tidak pernah merasa tenang. Tapi waktu saya pertama di ajak ke gereja, untuk pertama kalinya saya merasa kok di tempat ini damai ya? Ini damai yang selama ini saya cari-cari!"

Tiga sifat buah Roh yang pertama (kasih, sukacita, dan damai sejahtera) seringkali ditempatkan berdekatan di dalam banyak tulisan Perjanjian Baru. Rasul Paulus sendiri menggunakan kata 'damai sejahtera' lebih 40 kali di dalam surat-suratnya. Damai sejahtera berarti lebih dari sekedar bebas dari konflik atau rasa takut. Di dalam Perjanjian Lama, kata damai sejahtera berasal kata shalom. Anda mungkin pernah mendengar di gereja orang membuka sambutan dengan kata-kata, "Shalom, saudara-saudara yang dikasihi Tuhan." Shalom adalah salah satu kata paling indah di dalam Alkitab, karena mencakup rasa aman dan puas yang lengkap serta menyeluruh. Ini adalah relasi damai dengan Tuhan, sesama, dan alam semesta. Damai sejahtera di dalam Alkitab adalah damai multidimensi.

Mengapa damai sejahtera adalah salah satu karakter yang Roh Kudus tumbuhkan di dalam diri kita?

  1. Yesus sendiri adalah damai sejahtera. Perhatikan apa yang Paulus katakan di Efesus 2:14. Bukan saja Allah yang menginsiasi damai sejahtera, bukan saja Allah yang menjanjikan damai sejahtera, bukan saja Allah yang memberikan damai sejahtera - tetapi Allah sendirilah, di dalam Yesus Kristus, menjadi damai sejahtera kita. Our peace is a Person! Damai sejahtera kita hadir dalam sebuah Pribadi. Dengan kata lain selama Yesus Kristus adalah Anak Allah yang telah mati, bangkit, dan sekarang berkuasa, selama itu jugalah kualitas damai sejahtera kita tidak akan pudar. Selama itu jugalah damai multidimensi itu akan menjadi milik kita. Yesus sendiri adalah jaminan bahwa antara kita dengan Allah tidak ada lagi permusuhan.

  2. Allah mau kita hidup menikmati damai sejahtera-Nya. Kenyataan bahwa kita sudah didamaikan dengan Allah saja sudah luar biasa. Tetapi sebagai Bapa surgawi kita, Ia mau kita mengalami serta menghidupi damai sejahtera-Nya. Seolah-olah, kalau boleh saya bicara dengan segala hormat, Allah 'tidak puas' hanya menjamin akses masuk kita ke surga-Nya. Ia mau kita juga mengalami hidup surgawi itu hari ini! Bukan berarti hidup kita akan selalu tenang, aman, dan tanpa masalah. Tetapi justru di tengah ketidaktenangan, ketakutan, kecemasan, dan bahkan masalah paling pelik sekali pun, Allah Bapa mau kita menikmati damai multidimensi-Nya.

  3. Kita dipanggil menjadi channel damai sejahtera Allah bagi orang lain. Tidak heran Yesus mengatakan, "Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah" (Mat 5:9). Ada banyak hal yang membuat orang melihat bahwa kita adalah anak-anak Allah. Kita sudah melihat bahwa kasih terhadap sesama adalah salah satu bukti bahwa kita adalah anak-anak Allah. Tapi berdekatan dengan itu adalah hidup yang membawa damai, becoming peacemakers. Damai sejahtera yang Allah sudah berikan kepada kita melalui Yesus, Ia berikan agar kita salurkan kepada orang lain.

Sebagai pengikut Kristus, orang-orang yang sudah didamaikan dengan Allah, apakah sifat damai sejahtera bertumbuh dan matang di dalam hidup kita?

  • Apakah orang yang dekat dengan kita mengenal kita sebagai pembawa damai, atau malah sumber perpecahan?
  • Apakah kata-kata dan sikap hidup kita membuat kita menjadi saluran, atau malah penghalang damai sejahtera Kristus bagi orang lain?
  • Apakah reaksi kita terhadap kekecewaan dan tantangan hidup menunjukkan bahwa kita sudah menerima damai sejahtera Allah?

Bisa jadi sikap dan cara hidup kita menjadi sarana yang Tuhan pakai untuk membawa orang lain mengenal Yesus, yang adalah damai sejahtera kita!

DOA
Tuhan, kiranya damai sejahtera multidimensi yang telah Engkau berikan kepada kami, juga boleh nampak dalam bagaimana kami menghadapi kesulitan sehari-hari, relasi kami dengan orang lain, dan bagaimana kami semakin bersandar pada-Mu. Amin.

Leave a Comment

Comments for this post have been disabled.