SUNDAY SERVICE: 9:30AM English; 11:00AM Indonesian

Ketika Kebaikan Terjadi Pada Orang-orang yang Jahat

“Mengapa sih Tuhan membiarkan hal yang buruk/jahat terjadi pada orang baik?” mungkin adalah salah satu pertanyaan yang paling sering saya dengar.

Tuhan yang adalah sumber segala kebaikan dan Raja kemuliaan, Ia berkuasa penuh atas segala sesuatu (sovereign). Alkitab melihat kebaikan Allah dengan kedaulatan Allah sebagai aspek penting dalam kita semakin mengenal dan mempercayai Dia. Iman Kristen mengajarkan justru karena Allah itu berkuasa atas segala sesuatu, maka kita seharusnya bisa beriman pada Dia di dalam segala sesuatu. Babak akhir dari kisah Yusuf (Kej 50:15-26) mengajarkan kepada kita beberapa hal:

  1. Iman Yusuf kepada kedaulatan Allah
    Sama seperti saudara-saudara Yusuf berencana penuh untuk mengesampingkan dia, pada saat yang sama Tuhan Allah sedang berencana penuh untuk menyelamatkan mereka (Kej 50:20). Teolog Derek Kidner mengatakan bahwa iman Yusuf ini melukiskan puncak dari iman yang Alkitabiah.

    • Kita harus belajar untuk mengingat bahwa Tuhan adalah Tuhan, dan kita bukan Tuhan Tuhanlah yang punya hak untuk mengatur dan menetapkan segala sesuatu. Bukankah kita lebih sering mengira bahwa kita tahu isi pikiran Tuhan dan apa yang terbaik bagi kita?
    • Kita juga harus belajar untuk mulai dari sudut pandang Tuhan dalam segala sesuatu. Ini yang Yusuf lakukan sepanjang hidupnya. Bukankah kecenderungan kita begitu menghadapi masalah adalah langsung lari salah satu dari ke 4G (Google, group chat, gossip or grumbling)?
    • Kita perlu belajar mengulurkan pengampunan dan kasih kepada mereka yang berbuat jahat kepada kita. Yusuf bisa saja (dan berhak) untuk membalas kejahatan saudara-saudaranya. Tetapi ia bukan saja mengampuni, bahkan malah menjamin masa depan dan kesejahteraan mereka. Bukankah kecenderungan kita adalah hitung-hitungan kesalahan orang lain dan sangat pelit dalam mengulurkan anugerah Allah, khususnya terhadap mereka yang telah menyakiti kita?
  2. Iman Yusuf kepada janji Allah
    “Tentu Allah akan memperhatikan kamu; pada waktu itu kamu harus membawa tulang-tulangku dari sini" (Kej 50:25). Yusuf benar-benar memahami bahwa segala kenyamanan, keamanan dan status yang ia miliki di tanah Mesir, bukanlah tujuan akhir hidupnya. Bagaimana dengan kita? Banyak hal seringkali menjadi ‘tanah perjanjian’ bagi kita. Contohnya: dapat Permanent Residency, sembuh dari krisis keuangan, lulus kuliah, pulih dari penyakit, dapat kerjaan, punya pacar, menikah, punya anak dsb. Setelah menderita puluhan tahun, wajar bagi Yusuf merasa bahwa Mesir adalah ‘tanah perjanjian’nya. Tapi ia beriman pada janji Allah kepada Abraham, Ishak dan Yakub. Ia menyadari bahwa kebaikan tertinggi terletak di tanah perjanjian, atau dengan kata lain bersama-sama dengan Tuhan Allah. Iman Yusuf ini harusnya menegur kita yang seringkali hanya berfokus pada baik dan buruk yang kita alami di dunia ini, seolah-olah kita tidak punya pengharapan di langit dan bumi yang baru bersama-sama dengan Tuhan Allah selama-lamanya.
  1. Iman kepada Yusuf yang lebih agung
    Kitab Kejadian menghabiskan 13 pasal untuk berbicara tentang hidup Yusuf. Alur hidupnya penting karena mencerminkan kisah hidup Yusuf lain yang lebih agung, yaitu Tuhan Yesus Kristus. Kisah Rasul 2:23 sangat menolong saya dalam memikirkan hal ini: “[Yesus] yang diserahkan Allah menurut maksud dan rencana-Nya, telah kamu salibkan dan kamu bunuh oleh tangan bangsa-bangsa durhaka.” Allah berkuasa penuh bahkan di tengah dan melalui kejahatan terbesar (pemberontakan manusia terhadap Pencipta mereka) yang dialami oleh Pribadi yang terbaik (kerelaan Pencipta untuk menderita sebagai manusia, lih. Fil 2:6-11). Anugerah Allah di dalam Kristus adalah kebaikan-Nya kepada orang-orang seperti anda dan saya, orang-orang yang jahat di hadapan-Nya.

Allah seperti inilah, yang betul-betul berkuasa dan betul-betul baik, yang memanggil kita untuk membawa kabar pengampunan itu kepada orang-orang sekitar kita (lih. 2 Kor 5:18). Apakah anda percaya kepada kedaulatan dan kebaikan Allah? Apakah anda menunjukkannya dengan bagaimana anda mengulurkan pengampunan dan kasih kepada orang lain?