SUNDAY SERVICE: 9:30AM English; 11:00AM Indonesian

Mempertahankan Iman Saat Situasi Menekan

Baru-baru ini sejumlah besar umat Kristen (di Amerika Utara khususnya) dihebohkan dengan perceraian Joshua Harris dan istrinya Shannon. Belum kekagetan itu reda, mantan penulis beken dan gembala sidang dari salah satu gereja yang cukup terkemuka itu, beberapa hari kemudian mengumumkan bahwa, “Kalau harus mengikuti cara saya mendefinisikan seorang Kristen selama ini, maka saya bukan lagi seorang Kristen … Saya harap anda tidak tersinggung kalau saya tidak membalas telpon anda. Kalau anda merasa sedih, saya tidak merasa demikian. Bagi saya ini bukan kegagalan. Justru saya merasa sangat hidup, terbangun dan yang mengherankan lagi, penuh pengharapan.”

Kita tentunya perlu prihatin dan peka, bukan saja kepada Joshua dan Shannon, tetapi pada bermacam-macam situasi ketegangan pernikahan dan perceraian di sekitar dan di antara kita—belum lagi ditambah dengan faktor anak, orang tua, kesehatan, pekerjaan, kesehatan mental, situasi ekonomi dan lain seterusnya. Pada saat yang sama kita juga perlu penuh waspada, mengingat bahwa setiap kita rentan untuk jatuh dan kemudian meninggalkan Tuhan.

Paulus di dalam penjara menulis surat terakhirnya kepada anak didiknya Timotius, di tengah situasi yang menekan dan menciutkan hati. Pada saat ini gereja mula-mula sudah berjalan sekitar 30 tahun, tentu dengan berbagai suka duka, konflik dan penindasan. Tetapi penindasan yang dialami oleh umat Kristen pada masa kekaisaran Nero adalah salah satu dari penindasan yang terkejam sepanjang sejarah. Tradisi mencatat bahwa ini adalah pemenjaraan terakhir Paulus sebelum ia akhirnya dieksekusi mati. Belum lagi menghadapi kenyataan bahwa begitu banyak orang yang meninggalkan Tuhan (lih. 2 Tim 1:15). Di tengah situasi yang menekan seperti itu Tuhan mau mendorong kita untuk mempertahankan iman kita. Keep the faith! Bagaimana kita melakukannya?

1. Kita mempertahankan iman dengan bersandar pada kuasa anugerah Kristus (2 Tim 2:1).
Syarat fundamental untuk terus mengikuti Tuhan adalah dengan mengatakan ,”Lord, I am weak!” Aku ini lemah Tuhan, dan tanpa kekuatan dan topangan anugerah-Mu, aku tidak bisa berbuat apa pun. Syarat ini dibarengi dengan kebenaran indah bahwa anugerah Kristus diberikan justru bagi orang-orang yang lemah. Keselamatan kita adalah sepenuhnya anugerah dari Allah, demikian juga hidup pelayanan kita adalah sepenuhnya anugerah dari Allah.
Kapan anda terakhir kali mengakui secara sungguh-sungguh bahwa anda lemah dan membutuhkan kuasa anugerah Kristus?

2. Kita mempertahankan iman melalui umat Kristus (2 Tim 2:2).
Sepintas ini mungkin terdengar aneh dan sepertinya bertolak belakang dari poin 1. Tapi pikirkan: Allah selalu bekerja melalui umat-Nya. Bagaimana anda dan saya bisa hari ini tetap percaya dan mengikuti Kristus? Karena dari jaman ke jaman, dari benua ke benua, ada orang-orang yang mengajarkan, menghidupi, mendukung Injil kepada kita. Setiap orang Kristen punya dua anak panah, satu adalah Injil yang menuju kepada dirinya, dan yang lain adalah Injil yang keluar dari dirinya kepada orang lain. Setiap orang Kristen adalah murid Kristus yang menerima Injil dari murid Kristus lainnya, dan seharusnya menjadi sarana untuk orang lain juga dapat menjadi murid Kristus. Itulah 4 generasi pemuridan yang Paulus jabarkan: dari Paulus, ke Timotius, ke orang-orang yang setia dan ke orang-orang lain … sampai ke Indonesia, sampai ke Melbourne. Sampai kepada anda dan saya. Tentu tujuannya bukan untuk berhenti di kita! Apakah anda sudah memanfaatkan semua sarana pemuridan yang ada di gereja anda, entah yang bentuknya dalam kelompok kecil maupun besar, pertemuan formal maupun tidak formal? Pernahkah anda meminta atau mengajak orang untuk bersama-sama belajar tentang Kristus, melalui membaca Alkitab, bertukarpikiran dan berdoa?

3. Kita mempertahankan iman dengan menderita bagi Kristus (2 Tim 2:3-7).
“Anda tidak bisa menumbuhkan kerohanian di dalam microwave,” demikian kata Robby Gallaty. Tidak ada jalan pintas untuk bertumbuh di dalam Kristus. Ketiga contoh yang Paulus berikan—prajurit, olahragawan, petani—mempunyai setidaknya dua kesamaan. Pertama, kita cenderung melihat hanya hasil akhir mereka: menang perang, juara lomba dan panen besar. Kedua, kita jarang peduli dengan kerja keras, airmata, penderitaan mereka di balik semuanya itu. Tidak ada jalan pintas untuk menang, juara dan panen.
Bagaimana dengan anda, apakah anda cenderung menyerah dan mengambil jalan pintas? Atau anda mau mengijinkan Tuhan menggunakan seluruh situasi hidup anda untuk membentuk anda semakin serupa dengan Kristus, dan membawa orang semakin mengenal Dia?