SUNDAY SERVICE: 9:30AM English; 11:00AM Indonesian

Superior, Inferior, atau Salib?

Pada suatu hari, Yesus berespon atas perselisihan yang terjadi di antara para murid-Nya. Singkat cerita, Yakobus dan Yohanes meminta supaya diberi posisi khusus di dalam kerajaan Yesus. Mungkin mereka merasa bahwa mereka lebih hebat, lebih berpengaruh dibandingkan murid-murid yang lainnya. Mungkin mereka mau memastikan supaya mereka tidak ketinggalan dan bisa nge-book tempat duluan. First in first served!

Betapa seringnya status kita di depan orang lain menjadi begitu penting. Kita terus menerus berpikir bagaimana orang lain melihat kita, bagaimana aku dibandingkan dengan orang lain, apakah aku cukup baik, cukup berprestasi, cukup perhatian, apakah aku pantas untuk dianggap penting? Emosi dan rasa aman kita naik turun berdasarkan bagaimana orang lain menilai kita, atau berdasarkan bagaimana kita membayangkan orang lain menilai kita.  Kalau orang memuji kita, membandingkan betapa lebih baiknya kita dibanding si A, betapa berjasanya kita dalam hidup mereka, maka kita dengan mudah tergelincir ke lembah kesombongan. Kita merasa diri superior, puas diri, dan seolah berhak mendapat perlakuan khusus dari Tuhan. Atau, kita jadi takut kalau rasa superior dan puas diri itu hilang.

Sebaliknya, kalau orang lain mengkritik kita, membandingkan betapa lebih buruknya kita dibanding si A, betapa tidak bergunanya segala usaha kita, maka kita dengan mudah tergelincir ke lembah yang satu lagi: putus asa dan frustrasi.

Itulah hidup di dunia ini, Yesus menggambarkannya seperti para raja dan pembesar saat itu yang memerintah dan berkuasa dengan menggunakan kekerasan. Kita selalu mau menunjukkan bahwa kita memegang kendali, berkuasa, hebat, atau setidaknya tidak ketinggalan. Kita seperti raja dan ratu kecil yang berharap seluruh dunia taat dan menyembah kerajaan kecil kita. Itu sebabnya kita tidak pernah berhenti membandingkan diri kita dengan orang lain, dan tidak pernah puas kalau kita diakui atau menjadi patah semangat waktu kita ditolak.

Betapa bertolak belakang dengan apa yang Yesus ajarkan! Pertayaan Yesus di atas dibuka dengan kalimat "Tidaklah demikian di antara kamu!" - lalu "Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya." Perhatikan bahwa Yesus tidak mengatakan: lepaskan segala keinginan untuk menjadi besar, hindarkan segala kesempatan untuk menjadi terkemuka. Banyak tokoh Alkitab dan tokoh sejarah yang berkuasa, besar, dan terkemuka – dan pada saat yang sama juga pengikut Yesus yang setia. 

Yang Yesus lakukan adalah mendefinisikan ulang arti menjadi besar dan menjadi terkemuka. Ia mengatakan bahwa kita tidak menjadi besar dan terkemuka dengan membandingkan diri kita dengan orang lain, tetapi dengan melayani mereka, dengan mengedepankan keperluan dan kebutuhan mereka, dengan menempatkan kepentingan mereka sebelum kepentingan kita. Inilah satu-satunya jalan untuk tidak tergelincir ke lembah kesombongan di satu sisi dan ke lembah putus asa di sisi lain. Kita berjalan di jalan hamba yang melayani orang lain. Sikap kita terhadap orang lain bukanlah ''Kamu ada di sini untuk melayani aku", melainkan "Aku ada di sini untuk melayani kamu."

Dan lebih lagi, bukankah itu yang Yesus sendiri lakukan? Perhatikan kalimat penutupnya, “Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.” Jesus is the ultimate servant leader / servant King. Yesus tidak sekedar memberikan pengajaran tentang apa artinya menjadi pemimpin yang melayani, tetapi Ia sendiri memberikan nyawa-Nya untuk mati menggantikan tempat kita.

Itu sebabnya, setiap kali kita merasa atau tergoda utk merasa lebih baik/superior dari orang lain, atau lebih buruk/inferior dari orang lain, datanglah kepada salib Yesus. Penulis John Stott menulis, "Setiap kali kita melihat pada salib, Yesus seolah berkata 'Aku ada di sini karena engkau. Dosamu Aku yang tanggung, kutukanmu Aku yang derita, hutang mu Aku yang lunasi, kematianmu Aku yang lalui.' Tidak ada satu pun di sepanjang sejarah dan di seluruh jagad raya ini yang membuat kita kecil selain salib Yesus. Setiap kita punya pandangan yg berlebihan ttg diri kita sendiri, khususnya sikap sok/merasa benar, sampai kita datang ke salib Yesus. Di sanalah kita baru tahu betapa kecilnya kita." 

  • Dalam hal apa anda sering merasa lebih baik daripada orang lain? Atau merasa lebih buruk dari orang lain? Apakah hal-hal itu menentukan identitas diri anda sehingga anda sering merasa atau bersikap sombong atau putus asa? 
  • Kapan terakhir kali anda datang ke salib Yesus dan mengakui betapa kecilnya anda dibandingkan keagungan pengorbanan-Nya bagi dosa-dosa anda?
  • Pikirkan semua relasi hidup dan tugas pekerjaan yang anda miliki saat ini. Bagaimana anda dapat menggunakan peran-peran yg anda miliki utk melayani orang lain? Apa artinya bagi anda menempatkan posisi sbg pelayan orang lain? Bagaimana anda dapat mengambil sikap/pose 'Aku ada di sini utk melayani kamu' ?
  • Mintalah anugerah Tuhan agar anda semakin rutin dan tekun mengarahkan hati dan pikiran kepada salib Yesus, dan bagaimana anda melayani kebutuhan dan kepentingan orang lain.