Kebetulan atau Kebeneran?
Setiap kali kita merasa terlepas dari potensi kemalangan, kita sering berkata, “Aduh, kebetulan banget bisa pas begitu, untung banget, bayangin seandainya ga begitu!” Padahal dalam kamus orang Kristen, tidak ada yang ‘kebetulan’. Yang ada hanyalah ‘kebeneran’.
Tanpa ia sadari, Ester mengalami berbagai peristiwa di sekitar hidupnya untuk mempersiapkan dia untuk mengambil bagian dalam sejarah penebusan Allah bagi umat-Nya. Umat Allah terancam akan mengalami ‘genocide’ gara-gara seorang konglomerat dan tangan kanan raja, Haman, seorang keturunan Amalek yang membenci Mordekhai dan orang Yahudi. Peristiwa-peristiwa berikut ini sepintas tampak seperti rentetan ‘kebetulan’ atau ‘luck events’:
- Raja Ahasyweros mabuk. Perjamuan yang berlangsung 180 hari untuk
memamerkan kekayaannya kepada para pejabat dan pegawainya membuat dia
mabuk anggur. Ketika ratu Wasti menolak untuk dijadikan ‘barang pameran’ oleh raja, marahlah ia dan serta merta melengserkan Wasti dari posisi ratu (1:1-21). - Terpilih menjadi ratu (2:1-18). Dalam kontes kecantikan untuk pemilihan ratu yang baru, diperkirakan ada 1,000 gadis muda yang belum menikah ikut berpartisipasi. Kemungkinan Ester terpilih menjadi Ratu (bukan hanya istri, atau selir) adalah 0.001.
- Rencana membunuh raja (2:19-23). Mordekhai, sepupu Ester yang membesarkan dia, tanpa sengaja mengetahui tentang rencana dua sida-sida membunuh raja. Rencana ini dapat digagalkan ketika Ester memberitahu raja.
- Raja sedang bersimpati saat Ester menghadap dia tanpa diminta raja. Bukannya dihukum mati, Ester malah dijanjikan bahwa semua permintaanya pasti akan dikabulkan (5:1-8).
- Raja mendadak mengalami insomnia persis pada malam sebelum Ester akan mengadukan Haman kepada raja (6:1).
- Raja lupa memberi penghargaan kepada Mordekhai (6:2-14). Karena ia lupa, maka ia justru dapat memberi penghargaan kepada Mordekhai pada saat yang sangat tepat, dan dengan itu menyelamatkan Mordekhai (dan juga orang Israel) dari ancaman Haman.
Di balik setiap keputusan manusia dan hal-hal yang tampak sepele, ada kuasa yang sangat besar dan tidak kelihatan yang sedang bekerja yang tidak dapat dijelaskan dan tidak dapat digagalkan oleh siapapun, demikian tulis komentator Karen Jobes.
Masalah kita adalah kita seringkali protes mempertanyakan kesetiaan Tuhan Allah karena kita hanya mengharapkan mujizat Allah, bukan pemeliharaan-Nya melalui keseharian hal-hal disekitar kita. Allah yang bekerja membelah laut merah adalah Allah yang sama yang membuat raja mabuk oleh anggur merah.
Mari kita belajar untuk tidak menggerutu, apalagi marah terhadap Allah saat kita berpikir bahwa Ia tidak datang menolong kita. Yang maha tahu, maha bijak, maha kuasa adalah Allah, bukan kita. Dan Dia juga Allah maha kasih. Jika Dia diam, tidak berarti Dia tidak hadir. Jika Ia tak bertindak sesuai keinginan kita, tidak berarti Dia menelantarkan kita. Dia tahu yang terbaik bagi kita, dan bekerja melalui hal-hal yang kecil dalam hidup kita untuk mendatangkan kebaikan bagi kita yang mengasihi Dia.
More in Resources
February 1, 2022
Kebaikan TerbesarJanuary 31, 2022
Kesabaran Tanpa BatasJanuary 28, 2022
Damai Sejahtera Multidimensi