SUNDAY SERVICE: 9:30AM English; 11:00AM Indonesian

Mengapa Setiap Orang Kristen adalah Misionaris

Kalau Anda seperti kebanyakan orang hari ini, Anda pasti lebih sibuk hari ini dibanding 3-5 tahun lalu. Namun sibuk tidak berarti sukacita. Ada orang yang kinerja dan prestasinya luar biasa karena perasaan tidak aman (insecurity). Kerja keras menjadi strategi untuk menutupi rasa tidak aman tersebut. Namun seperti pecandu obat, ia membutuhkan kesuksesan demi kesuksesan untuk terus menutup lubang di hatinya yang terus menerus bocor.

Filsuf Henry Thoreau menulis bahwa sebagian besar manusia menjalani hidup terlihat bahagia di permukaan, namun meratap di dalam hatinya. Kenikmatan dan kepuasan sementara di dunia bagai selimut hangat di hari yang sangat dingin. Setiap kali Anda keluar dari selimut itu, Anda akan menggigil kedinginan lagi. Tapi bila Anda tidak pernah keluar dari selimut tersebut, Anda akan bosan setengah mati.

Untuk memiliki makna (meaning), kesibukan kita (motion) mesti dipimpin oleh mission. Sebuah misi yang besar, bahkan lebih besar dari dirinya sendiri. Sadar atau tidak, setiap orang Kristen karena relasinya dengan Kristus memiliki sebuah misi. Formulanya adalah sebagai berikut:

Motion – Mission = Meaninglessness à Joyless

Motion + Mission = Meaningfulness à Joyful

Kita tahu itu karena Yesus sendiri berkata, “Sama seperti Engkau telah mengutus Aku ke dalam dunia, demikian pula Aku telah mengutus mereka ke dalam dunia.” (Yohanes 17:18). Kristus yang memanggil kita kepada diri-Nya adalah Kristus yang mengutus kita ke dunia. Pola yang sama berlaku sejak Abraham dipanggil oleh Allah: “Aku akan memberkati engkau…dan engkau akan menjadi berkat”.

Jadi misi hidup orang Kristen adalah berpartisipasi aktif sebagai umat Allah dalam misi Allah untuk menebus seluruh ciptaan Allah. Inilah kaitan Injil dengan misi. Seluruh isi Alkitab adalah tentang Allah Tritunggal bergerak seirama dalam misi menebus seluruh ciptaan yang telah jatuh dalam dosa. Misi bukan hanya sebuah topik di dalam Alkitab untuk kita pahami; misi adalah perspektif yang menerangi seluruh Alkitab.

Gereja ada dan dibutuhkan untuk misi Allah. Jadi salah kaprah kalau kita berkata Allah memiliki misi bagi gereja-Nya di dunia. Yang benar adalah Allah memiliki gereja bagi misi-Nya di dunia. Gereja yang dibangun Allah untuk menggenap misi-Nya.

Itu sebab misi bukan melulu soal penginjilan. Kita dipisahkan Allah untuk sebuah maksud khusus. Itu arti kata ‘kuduskan’ yang Yesus doakan bagi kita (Yohanes 17:17, 19). Kita dipanggil untuk menjadi berkat di rumah, sekolah, kantor, arena publik, dimanapun kita berada. Kita dipanggil untuk memiliki gaya hidup keseharian yang menjadi daya tarik bagi dunia.. Agar perbuatan baik kita membuat orang memuliakan Allah (Mat 5:16; 1 Pet 2:12). Ini berbicara tentang being kita, bagaimana cara kita memakai waktu dan uang kita, menyusun prioritas, mengatasi masalah, menggunakan ilmu dan talenta kita, dst.

Di sisi lain, kita dipisahkan Allah untuk aktif mengusahakaan kesejahteraan kota dimana kita tinggal (Yer 29:7), menghadirkan nilai-nilai kerajaan Allah ditempat kerja kita (kebenaran, keadilan, belas kasih, dst), dan mengabarkan Injil secara verbal (Mat 28:18-20). Ini berbicara tentang doing kita, melakukan pekerjaan kita, apapun itu, sebagai respon atas panggilan misi Allah. Sama seperti Yusuf yang bermisi menjadi national logistic manager, Nehemia sebagai chief food quality inspector, atau Ester sebagai beauty pageant contestant.

Hanya dengan hidup bermisi, Anda dan saya dapat mengalami sukacita Yesus yang sejati (Yoh 17:13). Hanya dengan hidup bermisi, Anda dan saya dapat tahan melalui air mata kesulitan dan penderitaan, seperti Yesus “yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia” (Ibrani 12:2). Yesus Kristus, Misionaris yang sejati itu, memanggil Anda dan saya untuk menjalani pola hidup yang sama.