SUNDAY SERVICE: 9:30AM English; 11:00AM Indonesian

Yesus Raja Sejati

Bangsa Israel meminta seorang raja pada Samuel. Setelah melewati 300 tahun dipimpin oleh 12 hakim-hakim, kondisi bangsa Israel dirangkum dalam sebuah analisa sosial singkat dan mengenaskan: ‘Pada zaman itu tidak ada raja di antara orang Israel; setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri’ (Hakim-hakim 21:25).

Samuel menganggap permintaan tersebut suatu hal yang jahat. Israel tidak mau berada di bawah Allah. Mereka ingin seorang raja yang menggantikan Allah. Mereka ingin menjadi seperti bangsa-bangsa lain, padahal Allah telah memisahkan mereka sebagai bangsa yang kudus untuk menjadi umat Allah. Samuel lalu berusaha menjelaskan bahwa raja tersebut akan membuat sengsara bangsa Israel. Namun dalam bijaksana dan kesabaran-Nya, Allah menyuruh Samuel untuk mengabulkan permintaan mereka agar mereka dapat belajar menanggung konsekuensi atas pemintaan mereka sendiri.

Penolakan Israel terhadap Allah merujuk nantinya kepada penolakan orang Yahudi terhadap Yesus sebagai Raja, karena mereka memilih Kaisar (Yoh 19:15). Narasi sejarah tersebut mengajarkan kita kontras yang besar antara raja yang dituntut manusia dan Raja yang ditunjuk Allah yaitu Yesus Kristus. Berikut empat perbedaan.

  1. Raja dunia akan terus mengambil dan mengambil dari rakyatnya. Dalam 1 Samuel 8, Samuel mengingatkan bangsa Israel selama 6x raja mereka akan mengambil anak-anak, hasil kebun, gandum, budak, kambing domba milik mereka. Yesus, Raja yang sejati itu, tidak mengambil, tetapi memberi. Dia memberikan hidup kekal dengan memberikan diri-Nya bagi kita. Bukan hanya itu, Dia terus memberi sampai hari ini pengampunan, penyertaan, pertolongan lewat Roh-Nya kepada kita.

  2. Raja dunia tak akan pernah berhenti menuntut pengorbanan kita. Kalau yang menjadi ‘raja’ kita adalah karir atau bisnis, ia akan menuntut bukan hanya waktu kita, tapi juga kesehatan, integritas, dan keluarga kita. Yesus tidak demikian, Ia sendiri yang berkorban bagi kita sebagai korban tebusan bagi dosa kita. Ia mau kita hidup bagi Dia, tapi tidak dengan paksaan dan ancaman seperti raja-raja dunia, tetapi dengan sukacita dan sukarela karena Ia terlebih dahulu berkorban nyawa bagi kita.

  3. Raja dunia seringkali tidak menepati janji mereka. Berkampanye memberi rasa aman, bahagia, kesuksesan, keadilan, mereka gagal. Kalau ‘raja’ kita adalah Mamon/uang, kita akan selalu merasa kurang dan kuatir tidak cukup. Sebaliknya, Yesus datang menghadirkan sukacita sejati, bahkan sukacita yang berkelimpahan di dalam Dia, yang Ia nyatakan melalui mujizat air menjadi anggur.

  4. Raja dunia akan menghukum kita apabila kita gagal. Kalau kita hidup untuk karir kita, kita akan merasa seperti orang terhukum saat kita tak mampu memenuhi keinginan boss kita di kantor. Namun bila kita hidup untuk Yesus, saat kita gagal, kita akan mengalami relasi yang justru lebih erat dan dalam bersama Dia karena pengampunan-Nya kita alami sekali lagi dengan air mata sukacita.